Stres Akibat Masalah Keuangan dapat Meningkatkan Risiko Migarin, Benar nggak ya?

Grid.ID - Stres yang disebabkan oleh kesulitan keuangan dapat meningkatkan risiko pengembangan migrain pada orang dengan varian gen tertentu, menurut sebuah penelitian yang dikutip dari Thehealthsite.

Migrain adalah penyakit neurologis yang serius yang melemahkan dan mempengaruhi satu miliar orang diseluruh dunia.

Temuan menunjukkan bahwa genetika ritme sirkadian memiliki efek pada migrain dan bahwa orang dengan varian gen CLOCK memiliki lebih banyak migrain di bawah tekanan keuangan.

BACA JUGA : Makan Kacang Almond nggak Hanya Buat Kulit Jadi Bersinar,Tapi Juga Bisa...

Gen CLOCK memiliki peran penting dalam mengatur banyak pola ritmis tubuh, termasuk suhu tubuh atau tingkat kortisol (hormon stres utama).

Meskipun para peneliti tidak menemukan hubungan langsung yang signifikan antara gen dan migrain ketika mereka memperhitungkan stres finansial, tapi mereka menemukan bahwa varian gen yang diteliti bisa meningkatkan kemungkinan sakit kepala (migrain) pada subjek yang menderita kesulitan keuangan sekitar 20 persen.

"Studi ini tidak menunjukkan apa yang menyebabkan migrain tapi itu menunjukkan bahwa baik stres maupun genetika memiliki efek.

Kami dapat menunjukkan bahwa stres yang ditunjukkan oleh kesulitan keuangan menyebabkan peningkatan migrain pada mereka yang memiliki varian gen tertentu," kata Daniel Baksa dari Universitas Semmelweis di Budapest, Hungaria.

BACA JUGA : Siapa Bilang Ibu Hamil nggak Boleh Main Handphone? Faktanya bikin Kaget!

Studi yang dipresentasikan pada Kongres ECNP ke-30 di Paris, tim peneliti dari Hungaria dan Inggris memeriksa 999 pasien dari Budapest dan 1.350 dari Manchester, untuk dua varian (single nucleotide polymorphisms, SNPs) dari gen CLOCK dan bagaimana ini berhubungan dengan migrain.

Varian gen ditemukan pada hampir sepertiga populasi.

Jadi variannya umum dengan ukuran efek kecil, kata periset.

"yang perlu kita lakukan sekarang adalah melihat apakah varian gen sirkadian lain yang terkait dengan faktor stres yang berbeda menyebabkan efek yang sama," tutup Baksa. (*)

PROMOTED CONTENT