Grid.ID - Suka atau tidak suka, rakyat Singapura sebentar lagi akan punya sosok presiden baru.
Dia adalah Halimah Yacob, seorang wanita muslim keturunanan India - Melayu.
Halimah akan menjadi presiden wanita pertama Singapura.
Konon, banyak rakyat Singapura yang tak suka dengan cara Halimah terpilih sebagai presiden.
Itu karena Halimah, terpilih tanpa perlawanan.
Empat calon presiden lain gugur, karena tak memenuhi syarat administratif.
Halimah pun melaju mulus sebagai presiden.
Ketidaksukaan rakyat Singapura itu akhirnya diekspreiskan lewat tagar #NotMyPresident.
Apapun itu, Halimah Yacob menjadi sosok presiden yang menarik untuk diulas.
Yes ladies, bukan hanya karena dia wanita, tapi juga karena dia dikenal sebagai sosok yang bersahaja.
Kepada The Strait Times misalnya, Halimah mengaku akan tetap tinggal di rusun yang ia tinggali selama ini, ketimbang harus pindah ke Istana Negara.
Bagaimana perjalanan hidup Halimah, sehingga ia bisa terpilih sebagai presiden?
Perjalanan hidupnya ternyata sangat terjal.
Berikut adalah cukilan perjalanan hidupnya, dikutip Grid.ID dari Strait Times dan The New Paper :
1. Keluarga miskin
23 Agustus 1954, Halimah lahir di Queen Street.
Dia adalah bungsu dari 5 bersaudara.
Ayahnya hanyalah seorang satpam.
2. Yatim Sejak Kecil
Saat Halimah masih berusia 8 tahun, ayahnya meninggal.
Karena tak punya uang, Halimah sekeluarga harus diusir dari rusun pemerintah.
Mereka menetap di rumah keluarga.
Halimah akhirnya harus membantu ibunya untuk bertahan hidup.
3. Pedagang Ilegal
Banyak yang menyebut Halimah pernah berjualan nasi padang.
Lebih tepatnya, Halimah pernah membantu ibunya berjualan nasi padang di rombong kaki lima.
Pada awalnya, ibu Halimah harus berjualan keliling pakai gerobak.
Di Singapura, hal ini termasuk ilegal.
Tapi, pada akhirnya, ibu Halimah punya lapak kakai lima resmi.
Nah, Halimah kemudian membantu ibunya.
Ia kebagian tugas mengantar pesanan, dan membersihkan meja makan setelah dipakai pembeli.
4. Raja Tidur di Kelas
Dikenal cerdas, tapi siapa sangka, Halimah dulu adalah raja tidur di kelas.
Ia juga sering tak mengerjakan PR sekolah.
Tapi, bukan karena malas, tapi karena ia memang mengantuk dan letih.
Halimah mengatakan, ia mengalami itu karena harus membantu ibunya.
Saat masih subuh, Halimah sudah harus ke pasar untuk belanja bahan berjualan nasi padang.
5. Minoritas di Sekolah
Dengan segala keterbatasan, Halimah tetap bersekolah sampai tinggi.
Saat SD, dia bersekolah di sekolah Tionghoa.
Dia jelas jadi minoritas di sana, mengingat dia merupakan bocah keturunan India-Melayu.
Halimah akhirnya menjadi sarjana dan magister hukum dari University of Singapore.
6. Pekerjaan Pertama
Tahun 1978, Halimah mendapatkan pekerjaan pertamanya.
Dia bergabung di National Trades Union Congress sebagai seorang legal officer.
Selama 30 tahun, Halimah mengabdi di sini, hingga posisi terakhirnya adalah wakil sekjen.
7. Cinta Sejati
Tahun 1980, Halimah menikahi cintanya di kampus.
Dia menikah dengan Mohamed Abdullah Alhabshee.
Alhabshee kini menjadi pebisnis.
Usai menikah, mereka masih miskin.
Bahkan, untuk beli sofa di rusun yang mereka tinggali sampai saat ini, mereka tak mampu.
Mereka dikaruniai 5 anak, yang kini berusia 26 hingga 35 tahun.
8. Gelanggang Politik
Tahun 2001, untuk pertama kalinya Halimah terjun ke rimba politik.
Dia masuk atas desakan satu pria terpenting di sejarah politik Singapura, Goh Chok Tong.
9. Menteri Olah Raga
Tahun 2011 Halimah diangkat menjadi Menteri Masyarakat, Pemuda, dan Olah raga.
Dia dikenal rajin blusukan, mengunjungi masyarakat untuk menyalurkan bantuan.
Asal tahu saja, meski kini punya banyak haters, Halimah juga memenangkan hati banyak orang.
Konon, ada yang membuat satu dinding khusus, hanya untuk dijadikan tempat menulis ucapan terima kasih kepadanya.
10. Presiden ke-8 Singapura
14 September 2017, Halimah Yacob akan dilantik menjadi Presiden ke-8 Singapura.
Dari bocah penjual nasi padang, kini menjadi presiden.
Dia akan menjadi wanita yang menerima gaji sekitar Rp 55 miliar dari negara. (*)
Nyesek, Abidzar Al Ghifari Sampai Lakukan Ini Demi 'Hadirkan' Mendiang Uje di Pernikahan sang Adik, Umi Pipik Auto Mewek
Penulis | : | Aji Bramastra |
Editor | : | Aji Bramastra |