Grid.ID – Buat yang baru saja menikah atau sedang merencanakan kehamilan, pasti sering memikirkan soal tes kehamilan.
Terutama bagi yang belum pernah hamil ya.
Tes kehamilan pasti menjadi hal yang asing.
Ada banyak merek alat tes kehamilan yang tersedia di pasaran.
(BACA: Nggak Nyangka, Makanan Ini Bisa Kurangi Risiko Obesitas, Apa Aja tuh?)
Memilihnya bisa membingungkan. Selain itu, walau penggunaannya sederhana tetapi tak banyak orang tahu bagaimana mengetahui apakah hasilnya akurat atau tidak.
Ketahui beberapa hal seputar alat pendeteksi kehamilan yang dipakai sendiri di rumah ini.
1. Semua alat mengukur hal yang sama
Meski ada lusinan merek tes kehamilan di rumah, tetapi yang Anda beli di swalayan, di toko obat, atau di rumah sakit, semua tes kehamilan dengan urine mengukur hormon yang disebut human chorionic gonadotropin (HCG).
Hormon ini sebenarnya tetap ada dalam sistem tubuh walau kita tidak hamil. Tetapi, begitu janin terimplan dan mulai bertumbuh, kadar hormon ini di urine dan dalam darah meningkat.
Jadi, hasil tes urine bisa menunjukkan positif jika kadar hormon HCG lebih dari 25 IU.
(BACA: Penting Untuk Kamu Mengganti Pembalut 5 Jam Sekali, Kenapa? ini Jawabannya)
2. Waktu terbaik di pagi hari
Tahukah Anda mengapa instruksi tes kehamilan menyarankan pengujian pada pagi hari atau saat berkemih setelah bangun tidur?
Ini karena beberapa jam setelah tidur, HCG akan menumpuk di urine dan tersimpan di kandung kemih.
Urine seseorang akan memiliki konsentrasi HCG yang tinggi dan hasilnya positif ketika sedang hamil.
Hasil tes kehamilan yang beredar saat ini juga lebih sensitif dibanding satu dekade lalu.
Jadi, sebenarnya mengetes hamil atau tidaknya tidak perlu dilakukan pada pagi hari.
3. Harga yang mahal berarti lebih akurat
Selain yang dijual di toko obat atau swalayan, saat ini juga ada tes kehamilan yang dilakukan secara digital.
Namun, secara umum tidak terlalu banyak berbeda karena semua tes kehamilan di rumah mengukur kadar HCG.
(BACA: Percuma Makan Buah tapi Setelah itu Langsung Minum Air Putih, Khasiatnya Hilang!)
4. Pemeriksaan dokter berbeda
Semua tes kehamilan dengan urine bersifat kualitatif, yang berarti hanya menunjukkan kadar HCG dalam urine.
Namun, ada juga tes kuantitaif yang dilakukan dengan mengukur kadar HCG dalam darah.
Jika seorang wanita memiliki risiko besar keguguran atau komplikasi kehamilan, biasanya dokter menyarankan pemeriksaan darah untuk mengetahui apakah ada peningkatan HCG.
Jika kadar HCG-nya mencapai 1800 biasanya dokter bisa melihat janin di rahim, sedangkan nilai HCG yang mencapai 2500 biasanya sudah mulai terdengar denyut jantung.
5. Kondisi kesehatan pengaruhi hasil tes
Beberapa jenis obat, terutama yang dipakai dalam terapi kesuburan juga mengandung HCG dan kemungkinan meningkatkan level hormon ini dalam urine.
Dengan kata lain, jika dilakukan tes kehamilan bisa menunjukkan tanda positif walau sebenarnya tidak hamil.
Gangguan pada kelenjar pituitari atau tumor di ovarium juga bisa meningkatkan level HCG.
6. Percayai hasil tes
Sebagian besar orang mengulang tes saat mendapati hasil positif karena semula tak percaya apakah memang ada kehamilan.
Bahkan ada orang yang sampai membeli tiga alat tes dan semuanya positif, lalu mengulangi tes lagi di ruang dokter. Sebenarnya itu tidak perlu.
Jika Anda sudah melakukan dua kali tes dan hasilnya positif, selamat karena Anda sedang menunggu lahirnya si buah hati 9 bulan lagi. (*) (Lusia Kus Anna)
Dewi Sandra Tak Pakai Baju ketat Lagi! | Grid.ID https://t.co/TN8eQzqdHt
— Grid.ID (@grid_id) September 23, 2017
Artikel ini pernah tayang di kompas.com dengan judul "Tes Kehamilan Harus Dilakukan di Pagi Hari?"