Laporan Wartawan Grid.ID, Yuliana Sere
Grid.ID – Sebuah laporan kesehatan datang dari organisasi kesehatan dunia atau WHO.
Baru-baru ini WHO mengonfirmasi kurangnya antibiotik yang dikembangkan untuk memerangi ancaman resistensi antimikroba yang semakin meningkat.
Dilansir dari who.int, sebagian besar obat yang ada saat ini ada dalam jalur klinis adalah modifikasi dari golongan antibiotik dan hanya solusi jangka pendek.
(BACA: Nggemesin! Saat Anak Anang Hermansyah 'Todong' Presiden Jokowi, Ini Loh yang Diminta Sama Acio)
Laporan tersebut menemukan sangat sedikit pilihan pengobatan potensial untuk infeksi resistan antibiotik yang diidentifikasi oleh WHO sebagai ancaman terbesar bagi kesehatan.
Menurut dokter Tedros Adhanom, resistensi antimikroba adalah keadaan darurat kesehatan global yang secara serius akan membahayakan kemajuan pengobatan modern.
Dokter Adhanom selaku Direktur Jenderal WHO juga mengatakan selain TB yang resisten terhadap berbagai jenis obat, ada 12 kelas patogen prioritas.
(BACA: Kerap Jadi Jahat, Penampilan Artis Antagonis Ini Sekarang Bikin Pangling, Siapa ya?)
Beberapa di antaranya menyebabkan infeksi umum seperti pneumonia dan infeksi saluran kemih yang semakin resisten terhadap antibiotik.
"Perusahaan farmasi dan peneliti harus segera fokus pada antibiotik baru terhadap beberapa jenis infeksi serius
yang dapat membunuh pasien dalam hitungan hari," kata Dr Suzanne Hill, Direktur Departemen Obat-obatan Esensial WHO.
Untuk mengatasi hal ini, WHO dan Drugs for Neglected Disease Initiative (DNDi) membentuk kemitraan riset dan pengembangan antibiotik global untuk hal ini.
WHO dan negara bekerja sama untuk memperbaiki pencegahan dan pengendalian infeksi.
Bukan hanya itu, mereka juga mengembangkan panduan untuk penggunaan antibiotik yang bertanggung jawab di sektor manusia, hewan dan tumbuhan. (*)
Talitha Curtis Bongkar Kelakuan Ibu Angkat, Pernah Sodorin Dirinya ke Om-om di Usia 13 Tahun Demi Hal Ini
Penulis | : | Jeanne Pita |
Editor | : | Jeanne Pita |