Laporan wartawan Grid.ID Ismayuni Kusumawardani
Grid.ID - Seekor beruang jantan hitam Asia di Myanmar akhirnya mendapatkan kemampuan makannya kembali, tetapi tidak sebelum lidahnya diputus.
Hal ini dikarenakan Nyan htoo yang berarti "cerah" mempunyai lidah yang sangat berat menggantung dari mulutnya dan panjang hingga menjuntai ke tanah.
Hal ini membuat beruang sulit bergerak secara mudah.
Dikutip dari laman BBC pada lama asiaone, saking menderitanya, Nyan htoo sering kali menyandarkan kepalanya di kandang.
Tim dokter hewan, yang dipimpin oleh Heather Bacon dari University of Edinburgh (Dick) School of Veterinary Studies, membantu menjalankan operasi tersebut, menurut laporan media.
(BACA JUGA: Begini Wujud Rumah Donat Versi Rusia yang disebut Rumah Bagel, Asli Bikin Terpana)
Bacon dan timnya harus melakukan bedah operasi dan mengambil jaringan seberat 3kg dari lidah Nyan htoo.
Beruang itu menderita penyakit misterius sejak masih kecil.
"Saya telah bekerja menangani beruang selama lebih dari 10 tahun dan saya belum pernah melihat kasus seperti ini," kata Bacon dalam sebuah wawancara bersama The Guardian.
"Ini sangat mencengangkan."
Nyan htoo usianya belum genap 2 tahun tapi kisah hidupnya cukup dramatis.
Awalnya Nyan htoo dikirim ke Tiongkok melalui cara ilegal.
(BACA JUGA: 15 Tahun Berlalu, Beginilah Kabar Para Pemain Winter Sonata, dari yang Masih Eksis Sampai Ada yang Nekat Bunuh Diri)
Beruntung, ia diselamatkan oleh para biksu di Myanmar, kata laporan The Guardian.
Setelah menyadari penyakitnya, para biksu tersebut mengulurkan tangan ke dokter hewan setempat yang kemudian menghubungi Bacon.
Dia melakukan perjalanan ke pusat penyelamatan biara bersama dokter spesialis spesialis lainnya awal bulan ini.
Mereka percaya penyakit Nyan htoo, yang diderita sejak kecil, mungkin disebabkan oleh kaki gajah, menurut BBC.
Syukurlah, beruang tersebut dinyatakan pulih dan baik setelah melalui operasi selama empat jam.
"Kami telah membuat perbaikan nyata pada kualitas hidup Nyan htoo," kata Bacon kepada BBC.
Nyan htoo sekarang bisa bermain bersama saudaranya tanpa harus mersakan sakit di lidahnya.
(*)
Penulis | : | Anita Rohmatur R |
Editor | : | Anita Rohmatur R |