Grid.ID - Kita pasti sering lihat teman yang sering makan banyak tapi tak kunjung gemuk.
Ternyata inilah penyebabnya.
Ternyata, perbedaan-perbedaan tersebut terjadi karena setiap orang memiliki respons gula darah yang berbeda pada makanan yang sama.
Demikian menurut penelitian menarik terbaru yang diterbitkan dalam Cell.
Itu artinya, predikat diet terbaik untuk menurunkan berat badan (dan semua diet dengan saran agar kita mengonsumsi makanan rendah glikemik) bisa jadi keliru.
Bagaimana bisa dokter dan ahli gizi melenceng pada ilmu gula darah?
Selama beberapa dekade, para ahli telah menggunakan indeks glikemik (IG) untuk menentukan bagaimana makanan tertentu meningkatkan level gula darah.
Dalam konsep tersebut diyakini bahwa semakin tinggi IG sebuah makanan, semakin tinggi lonjakan gula darah setelah kamu memakannya sehingga menyebabkan tubuh melepaskan insulin atau lebih dikenal sebagai hormon "penyimpanan lemak".
Gula darah tinggi juga dikaitkan dengan obesitas dan tentunya penyakit diabetes.
Teori tersebut telah menjadi doktrin gizi selama bertahun-tahun sampai kemudian para peneliti dari Weizmann Institute of Science di Israel menyimpulkan bahwa respons gula darah pada makanan tidak sama pada tiap orang.
Dalam riset tersebut, sebanyak 800 relawan dilibatkan, dan kadar gula darah mereka dicatat menggunakan monitor portabel secara terus-menerus selama satu minggu penuh.
Para peserta harus mencatat semua yang mereka makan, termasuk sarapan standar yang sama pada setiap orang.
Para peneliti menemukan bahwa "standar" IG tidaklah sangat standar, yakni setiap orang memiliki respons gula darah yang berbeda secara dramatis terhadap makanan yang sama, meskipun makanan-makanan tersebut dianggap sehat.
Sebagai contoh, para peneliti menemukan bahwa tomat, yang sangat rendah dalam skala IG, dapat meningkatkan gula darah seorang wanita obesitas.
Hal tersebut menunjukkan bahwa sebuah makanan sehat rendah gula, rendah kalori, dapat menyebabkan kenaikan berat badan.
Bagaimana ini bisa terjadi?
Para peneliti menduga bahwa bakteri usus mungkin berada di balik respons individu ini, terutama karena semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa bakteri-bakteri tersebut memainkan peran besar dalam masalah diabetes dan obesitas.
Jadi, apa arti semua ini?
(BACA : Inilah Detik-detik Pelemparan Bunga Song Song Couple, Siapa yang Dapat ya? )
Sebagai permulaan, ini dapat membantu menjelaskan mengapa satu metode diet tidak memberi hasil yang sama pada setiap orang; dan mengapa, jika kamu menduga satu makanan bisa menyebabkan mengalami kenaikan berat badan, ada kemungkinan bahwa itu benar. (*)
( Kompas / Gibran Liggau )
Artikel ini pernah tayang di kompas.com dengan judul "Mengapa Ada Orang yang Banyak Makan, tetapi Tak Gampang Gemuk?"
Penulis | : | Justina Nur Landhiani |
Editor | : | Justina Nur Landhiani |