Laporan Wartawan Grid.ID, Dinda Tiara Alfianti
Grid.ID - Untuk Kesembilan kalinya, Dewi Fashion Knights (DFK) kembali digelar sebagai penutupan dari pagelaran Jakarta Fashion Week 2018 pada hari Jumat (27/10) lalu.
Di tahun ini, DFK mengusung tema modernism, yang diartikan sesuai dengan situasi Indonesia atau dunia sekarang, karena terjadinya banyak perubahan seperti globalisasi, urbanisasi, teknologi, pergeseran nilai-nilai, dan meledaknya informasi.
Dengan menampilkan lima desainer terpilih yang dianggap memiliki prestasi yang dirasa sanggup menafsirkan tema yang diusung koleksi ini.
Desainer-desainer tersebut di antaranya adalah Toton, Peggy Hartanto, Rani Hatta, dan Hian Tjen.
Subkultur Punk oleh Toton
Pagelaran busana dibuka dengan koleksi busana hasil dari rancangan Toton yang menggunakan bahan dasar denim sebagai bahan utamanya.
Toton memunculkan busana dengan sentuhan subkultur Punk yang sempat banyak digandrungi di akhir tahun 1970an.
Dengan menggunakan bahan daur ulang, 10 look tersebut dibuat dengan potongan tegas menjadi celana model puff, atasan denim yang dibuat dari sisa potongan bahan yang dijahit menjadi satu.
Peggy Hartanto
Terinspirasi dari ledakan di Fukushima yang menyisakan kota-kota tidak berpenghuni, Peggy Hartanto hadirkan 10 koleksi busana terbarunya.
Para warga yang terpaksa pergi agar tidak terkontaminasi oleh sisa zat radioaktif pasca ledakan, yang dapat membuat kesehatan manusia dan hewan terganggu.
Siluet kupu-kupu pun dipilihnya, sengan mengeksplor material wol sebagai bahan utamanya.
(Koleksi Busana Uniseks Gaya Sporty Rancangan Desainer Rani Hatta di Jakarta Fashion Week 2018)
Major Minor
Major Minor, salah satu desainer yang juga terpilih tampil di DFK yang koleksi busananya terinspirasi dari Pablo Picasso dan Henri Matisse.
Menurut Ari Seputra, desainer Majo Minor, sosok pelukis tersebut menjadi penanda modernismer lewat garis desain dalam kanvasnya.
Major Minor pun menampilkan sebuah paradoks yang tertuang dalam warna hitam putih dalam koleksi busana terbarunya.
Rani Hatta
Desainer asal Jogjakarta, Rani Hatta mengangkat tema Genderless Fashion.
Tema ini diusung karena menurutnya, di masa depan, batasan antara busana wanita dan pria bisa menjadi semakin lebur mengikuti fungsi si pemakainya.
Untuk itulah Rani menghadirkan 10 koleksi busana muslim unisex, dengan sentuhan warna monokrom seperti hitam, abu-abu, juga putih.
(Sudah Tahu Prediksi Warna Untuk Tren Fashion Tahun 2018 Mendatang? Ini Kata Para Desainer Indonesia)
Hian Tjen
Pagelaran busana DFK ditutup dengan koleksi terbaru dari desainer kenamaan Hian Tjen.
Sosok Hian Tjen nampaknya selalu erat kaitannya dengan kesan glamor dan klasik di setiap koleksi busananya.
Hian mengedepankan gaya wanita tahun 1960an dengan menggunakan warna-warna hitam, emas, putih, dan hijau. (*)
Nyesek, Abidzar Ternyata Sempat Jedotin Kepalanya ke Tembok Usai Tahu Uje Meninggal, Umi Pipik: Dia Nyalahin Dirinya
Penulis | : | Ridho Nugroho |
Editor | : | Ridho Nugroho |