"Sebelum dapat kartu, kami survei dulu apakah mereka masuk kategori fakir miskin atau tidak. Saya ingin restoran ini memang untuk mereka bukan yang hanya mengaku-ngaku miskin," kata laki-laki yang fasih berbahasa Indonesia itu.
Pada kartu identitas juga di bedakan fakir dan miskin. Menurut Isam, miskin adalah orang yang bekerja tapi hasilnya tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari, sedangkan fakir adalah mereka yang sudah tidak bisa menghasilkan secara keuangan.
Setiap bulan mereka juga mendapatkan uang sembako yang jumlahnya berbeda antara yang fakir dan miskin. Awalnya, menurut Isam mereka mendapatkan sembilan bahan pokok tetapi dengan berjalannya waktu, sembako diganti dengan uang.
"Jadi mereka sendiri yang membeli kebutuhan dengan uang yang diberikan," kata Isam.
Jika ada pemilik kartu yang meninggal dunia, orang itu akan digantikan orang lain yang juga membutuhkan. Rata-rata mereka sudah berusia tua atau keluarga miskin.
Haji Isyam dan istrinya yang langsung melayani pengunjung restorannya.
Setiap Jumat, mereka harus merogoh kocek paling sedikit satu juta rupiah untuk berbelanja kebutuhan restoran.
Mereka menekankan bahwa bahan makanan yang dipilih adalah yang terbaik mulai dari daging sapi, ayam, ikan laut, dan buah-buahan segar.
Rina Nose Punya Nama Suci? Benarkah Ia Baru Saja Dibaptis di Daerah Asalnya Jawa Barat?
Hal itu harus dilakukan karena dia meyakini, untuk bersedekah harus memberikan yang terbaik dari yang dimilikinya.
Pada saat pertama kali membuka restoran tersebut, Isam memasak 12 kilogram beras tetapi ternyata berlebih sehingga banyak yang tersisa. Saat ini mereka hanya memasak 7 kilogram beras setiap Jumat.
Penulis | : | Aditya Prasanda |
Editor | : | Aditya Prasanda |