Grid.ID - Ibu merupakan sosok perempuan hebat yang berjuang melahirkan anak-anaknya dengan penuh cinta kasih.
Seharusnya seorang ibu rela berkorban demi yang terbaik untuk anaknya.
Namun, sepertinya hal itu tidak berlaku bagi seorang ibu asal Afrika ini.
Sebab, ibu tersebut dengan tega menyetrika payudara putri kandungnya sendiri.
Baca Juga : Kepo dan Keras Kepala Termasuk Karakter Orang yang Lahir di Bulan Maret
Dikutip dari Boldsky, seorang perempuan bernama Simone mengungkapkan perbuatan keji yang dilakukan ibunya tersebut.
Sang ibu tega menyetrika payudara Simone hanya agar Simone terlihat jelek.
Menurut Simone, ibunya percaya bahwa payudara Simone akan terlihat menarik kelak.
Ibunya ingin Simone menjadi terlihat tidak menarik ketika tidak memiliki payudara, sehingga tidak akan ada pria yang menyukainya.
Sebab, Simone hanya boleh menikah dengan pria yang telah dijodohkan olehnya.
Simone menuturkan bahwa apa yang telah dilakukan ibunya merupakan tindakan yang tak manusiawi.
Aksi sadis itu terjadi saat Simone masih berusia 13 tahun.
Baca Juga : Alami Baby Blues, Wanita Ini Akhiri Hidupnya dengan Cara Bunuh Diri
Ibu Simone melakukan aksi sadis tersebut dengan cara membakar batu hingga panas, lalu meletakkan batu tersebut ke dada anaknya.
Setelah itu, ibunya menyuruh Simone menggunakan kemben yang sangat ketat agar payudara Simone berhenti tumbuh.
Simone menuturkan bahwa ritual menyetrika payudara yang telah dijalaninya pada usia yang begitu muda memiliki efek jangka panjang padanya.
Dia mengungkapkan bahwa dia merasa seperti ada simpul di dalam payudaranya dan itu menyakitkan ketika dia menyusui bayinya.
Kini, Simone telah menikah dengan seorang pria dari hasil perjodohan orangtuanya.
Dikutip dari nationalgeographic.co.id, tradisi menyetrika payudara sudah dilakukan turun menurun di beberapa wilayah di Afrika.
Tradisi menyakitkan ini dilakukan demi melindungi para gadis dari kejahatan seksual yang membuat adanya kehamilan pada usia muda dan pernikahan dini.
Baca Juga : Ditakuti Banyak Orang, Nikita Mirzani Justru Sungkan Pada Sosok Fitri Salhuteru
Dalam praktiknya, sebuah batu atau tongkat kayu akan dipanaskan terlebih dahulu sebelum ditempelkan dan ditekan di kedua payudara.
Panas yang dihasilkan akan melelehkan lemak di payudara, sehingga membuat payudara menjadi lebih kecil.
Sang ibu akan mengambil batu seukuran telapak tangannya, dan menekannya ke setiap sisi payudara selama 10 menit.
Baca Juga : Akibat Minum Jus Setiap Hari, Wanita Ini Alami Kerusakan Otak
Selain menggunakan alat-alat tersebut, biasanya para ibu akan mengambil sebuah ikat pinggang yang diikatkan erat melilit payudara dan tubuh bagian atas anak perempuannya.
Cara ini dilakukan untuk menyamarkan mereka agar tidak terlihat sudah memasuki usia matang.
Tujuan lebih lanjutnya adalah untuk menghindarkan anak mereka dari ancaman tindak kekerasan seksual.
Saat masa pertumbuhan, anak-anak berusia delapan hingga 12 tahun dinilai terlalu rentan terhadap laki-laki di sekitarnya.
Meski usianya sangat muda, tetapi bentuk fisik mereka tampak sudah dewasa.
Bagi orangtua, terutama para ibu, hal ini dilakukan agar para putrinya tidak kehilangan kesempatan untuk bersekolah dan bekerja.
Baca Juga : Tajir Melintir, Seorang Ayah Hadiahi Putrinya dengan Berlian Langka Seharga Rp195,5 Miliar!
Perlu diketahui bahwa di Kamerun, kehamilan pranikah dapat membuat mereka putus sekolah akibat kehamilan di usia yang masih muda.
Sekitar 65 persen perempuan yang hamil di usia muda tidak lagi melanjutkan sekolah.
Namun, tradisi ini membuat banyak payudara perempuan mengalami kerusakan hingga tidak menyusui bayi.
Sejak tahun 2005, berbagai kampanye telah dilakukan untuk menghentikan praktik tersebut.
Organisasi RENATA dan jurnalis Kamerun, Chi Yvonne Leina mendirikan organisasi Gender Danger pada 2012 untuk memberantas praktik menyetrika payudara. (*)
Artikel ini pernah tayang di Nakita.id dengan judul Daerah ini Punya Tradisi Mengerikan : Menyetrika Payudara! Ini Alasan di Baliknya
Awalnya Dituntut 12 Tahun, Harvey Moeis Cuma Dihukum Penjara Segini dan Bayar Uang Rp 210 M
Penulis | : | None |
Editor | : | Nailul Iffah |