Grid.ID - Ilmu kedokteran merupakan salah satu jurusan kuliah paling diminati.
Ada yang ingin jadi dokter karena keingingan sendiri.
Namun ada pula yang merupakan kehendak orang tua.
Apapun itu semua bertujuan sama yaitu ingin menjadi dokter di kemudian hari.
Dilansir reporter Grid.ID dari Shanghaiist, seorang mahasiswa jurusan kedokteran bernama Zheng asal Wuhan, Tiongkok, mengikuti sebuah program di universitasnya.
Program tersebut berupa bank sperma.
Zheng secara sukarela mengambil bagian dalam program tersebut.
Zheng lantas melakukan pemeriksaan kesehatan di bulan Januari 2011.
(BACA: Ternyata Ini 4 Benjolan pada Miss V yang Harus Diketahui, Memangnya Apa Saja?)
Setelah dinyatakan sehat, Zheng menyumbangkan spermanya 4 kali dalam rentang waktu 11 hari.
Pada tanggal 12 Februari 2011, staf di pusat donasi sperma menyadari bahwa Zheng tidak keluar dari kamar pribadinya lebih dari 2 jam.
Mereka lantas masuk ke dalam kamar Zheng.
Yang membuat kaget mereka menemui Zheng sudah tak sadarkan diri di kasur.
Dokter tidak dapat menolongnya dan dia dinyatakan meninggal di tempat kejadian.
Keluarga Zheng pun menuntut kompensasi sebanyak empat juta yuan karena kejadian ini.
Keluarga korban percaya bahwa program tersebut bertanggung jawab untuk atas kematian Zheng.
Akhirnya pengadilan memutuskan bahwa pihak universitas memberi santunan keluarga sebanyak 190.000 yuan (Rp 391 juta).