Laporan Wartawan Grid.ID, Andika Thaselia Prahastiwi
Grid.ID - Natal sudah di depan mata!
Nggak terasa besok hari Natal ya.
Sudah sampai mana persiapan kamu?
Camilan dan hidangan khas Natal, kado-kado dari orang terdekat, terutama kumpul bareng sanak saudara adalah beberapa hal yang paling ditunggu-tunggu saat Natal tiba.
Nggak hanya di rumah-rumah dan gereja, suasana Natal biasanya juga semarak di pusat perbelanjaan dan tempat-tempat publik lainnya.
Pohon Natal dan rangkaiaan hiasan pernak-pernik Natal mewarnai tiap sudut dengan ciri khas warna merah dan hijau.
Kalian penasaran nggak sih kenapa pernak-pernik Natal identik dengan kedua warna tadi?
Dilansir Grid.ID dari Business Insider, Natal pada awalnya tidak identik dengan warna hijau ataupun merah loh.
Fakta ini diungkapkan oleh salah satu penulis buku 'The Secret Language of Color', Arielle Eckstut.
Menurut Eckstut, pada awalnya Natal tidak identik dengan warna apapun.
Hiasan Natal dan bahkan mantel Sinterklas tidak berwarna merah seperti sekarang.
Sinterklas pada era Victoria malah lebih sering digambarkan bermantel biru langit!
Adalah faktor alam dan Coca Cola yang membuat Natal sekarang ini identik dengan warna hijau dan merah.
Natal di belahan bumi utara dirayakan saat musim dingin.
Di musim dingin ini, pohon beri holly berbuah di tengah-tengah putihnya salju.
Warna daun beri holly yang hijau dan buahnya yang merah tampak sangat indah ketika berpadu dengan putihnya salju.
Selain itu, sejarah mencatat pohon beri holly selalu diasosiasikan sebagai rangkaian mahkota yang melingkari kepala Yesus Kristus saat sedang disalib.
Inilah awal masyarakat mengaitkan warna hijau dan merah sebagai warna Natal.
Rangkaian pohon beri holly juga sering dipajang di pintu-pintu rumah sebagai dekorasi.
Selain itu, Natal juga identik dengan Sinterklas yang bermantel merah kan?
Ternyata, Sinterklas bermantel merah ini bermula dari sebuah iklan minuman ringan bersoda pada tahun 1931.
Tahun 1931 Coca Cola membuat sebuah iklan tentang Natal.
Seniman yang bertanggung jawab atas desain iklan tersebut bernama Haddon Sundblom.
Oleh Coca Cola, Sundblom diperintahkan untuk membuat iklan Natal yang menggambarkan Sinterklas memegang botol minuman bersoda tersebut.
Sundblom kemudian menggambarkan Sinterklas sebagai figur yang gemuk, penuh keceriaan, pipi yang merona, dan tentu saja lengkap dengan mantel berbulu berwarna merah.
Coca Cola mendistribusikan iklan ini ke seluruh bagian Amerika Serikat dan seketika iklan tersebut menjadi viral.
Masyarakat Amerika Serikat kemudian mengasosiasikan Sinterklas sesuai dengan gambaran yang dibuat oleh Sundblom.
Nggak cuma berhenti di situ, karena banyak produk dari Amerika Serikat yang mengekspansi pasaran dunia, masyarakat dunia pun akhirnya ikut mengadopsi figur Sinterklas milik
Sundblom ini. (*)
Larang Ayah Rozak Jadi Calon Wali Kota Depok, Ayu Ting Ting Ngaku Tolak Tawaran Terjun ke Dunia Politik, Ternyata ini Alasannya
Penulis | : | Widyastuti |
Editor | : | Widyastuti |