Laporan Wartawan Grid.ID, Dianita Anggraeni
Grid.ID - Kepulangan musisi Melly Goeslaw dari Palestina, memiliki banyak cerita.
Melly bersama timnya, sempat mengunjungi Kilis, yaitu perbatasan antara Turki dan Suriah.
Ada satu hal yang paling menyedihkan bagi perempuan bernama asli Meliana Cessy Goeslaw itu, ketika bertemu dengan anak-anak di sana.
(Melly Goeslaw Akan Kembali ke Pengungsian Palestina, Rencanaya Akan Bawa Pasukan Lho!)
Mereka seperti tidak merespon kehadiran setiap orang yang datang untuk memberikan bantuan.
"Yang bikin menyedihkan tuh kan saya selalu sudah terbiasa bikin acara sosial sama GASS juga, kalau banjir, gempa bumi, dan sebagainya untuk satu wilayah yang korban banjir tuh kalau datang bantuan langsung berkeroyok, bergerombol, terus heboh, rebutanlah apa."
"Tapi ini enggak, yang bikin sedih tuh itu. Ini kayak hidup segan mati tak mau gimana sih, kayak sudah apatis enggak senyum, diajak ngomong juga jawabnya susah, dikasih bantuan juga enggak berekspresi."
(Sedih, Begini Reaksi Pengunggsi Palestina Saat Bertemu Melly Goeslaw )
"Kayak sudah apatis sama keadaan, nggak ada senyum, diajak ngomong aja susah, enggak ada ekspresi," cerita Melly ketika ditemui Grid.ID di rumahnya kawasan Bintaro, Tangerang Selatan.
Karena saking takutnya anak-anak di sana ketika ada orang yang datang, dikatakan Melly, mereka sampai mengumpat di tempat sampah atau tempat yang gelap.
"Pas kita masuk ke deket kantornya itu lebih parah, mereka benar-benar nggak mau disamperin gitu.”
“Ketika ada orang asing, mereka sembunyi ke dekat sampah, tempat apapun yang bisa mereka sembunyi."
(Melihat Secara Langsung, Melly Goeslaw Bercerita Soal Kondisi Pengungsi Palestina)
"Mereka sembunyi nggak mau disamperin, jadi kita harus pelan-pelan banget samperinnya.”
“Ada beberapa yang mau, tapi mayoritas nggak mau, trauma," kata Melly.
Diakui pelantun 'Jika' itu, ada alasan mengapa mereka menutup diri seperti itu, dikarenakan trauma yang mereka alami.
(Kunjungi Lokasi Penampungan di Palestina, Melly Goeslaw Bikin Korban Ketakutan)
"Ya karena mereka trauma ya, bayangin saja anak-anak itu selain di Palestinanya ngedengerin ada bunyi bom.”
“Ngedengerin teman-temannya ditembak segala macam, mereka harus melarikan diri lewat laut, pasti trauma, lewat laut kan lihat yang lain tenggelam."
"Dia kebawa sama orang lain yang dia nggak kenal, bapaknya nggak ada, ibunya hanyut pasti trauma.”
“Mereka ngelihat orang asing tuh sudah curiga duluan."
"Sudah nggak nyaman kan, yang diutamakan di sana selain penghafal Al-Quran, adalah trauma healingnya itu.”
“Jadi yang di penampungan itu yang diutamakan adalah menghafal Al-Quran dan trauma healing," tutup Melly. (*)
Penulis | : | Okki Margaretha |
Editor | : | Okki Margaretha |