Berdagang Beras Hingga Capai Posisi Ketua DPR RI, Begini Kisah Hidup Setya Novanto yang Berakhir di Lapas Teroris Gunung Sindur
Grid.ID – Foto Setya Novanto yang tengah pelesiran di luar sel penjara kembali beredar di media sosial.
Hal ini bukan yang pertama kali, sebelumnya Mantan Ketua DPR RI tersebut juga kerap tertangkap kamera di luar sel penjara.
Terpidana kasus korupsi e-KTP tersebut diketahui berada di luar lapas setelah foto pria yang diduga dirinya tengah pelesiran di Kabupaten Bandung Barat beredar.
Foto yang beredar menunjukan sosok Setnov mengenakan topi dan masker tengah bersama seorang wanita yang diduga istrinya.
Dalam foto tersebut, Setya Novanto memakai kemeja lengan pendek putih dan celana panjang.
Alhasil, Setya Novanto pun langsung dibawa keluar Lapas Sukamiskin pada pukul 22.30 WIB, Jumat (14/6/2019), untuk dipindahkan ke Lapas Gunung Sindur di Kabupaten Bogor.
Kakanwil Kemenkum HAM Jabar Liberty Sitinjak membenarkan, Setya Novanto dipindahkan dari Lapas Sukamiskin sebagai buntut beredarnya foto mantan Ketua DPR RI tersebut.
"Pemindahan murni karena kejadian hari ini. Itu yang mendasari keputusan saya malam ini," ujarnya di Lapas Sukamiskin Bandung, Jalan AH Nasution, Jumat (14/6/2019) malam.
Menengok ke belakang, perjalanan hidup Novanto pun tak kalah menarik. Ia memulai kariernya benar-benar dari bawah hingga akhirnya menjadi kaya raya.
Novanto lahir pada 12 November 1955 di Bandung, Jawa Barat dari pasangan Sewondo Mangunratsongko dan Julia Maria Sulastri.
Saat kuliah di Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya, Novanto memiliki banyak pekerjaan selama bermukim di kota tersebut. Sebab, Novanto tidak terlahir di tengah keluarga yang kaya.
Awalnya ia sempat berjualan beras dan madu. Saat itu ia hanya memiliki modal Rp82.500. Novanto memulai usahanya dengan mengambil tiga kuintal beras yang langsung diambil dari pusatnya di Lamongan.
Namun usaha tersebut tak bertahan. Ia meninggalkan bisnis beras karena berbagai alasan. Kemudian dia menekuni profesi sebagai salesman Suzuki untuk wilayah Indonesia bagian timur.
Bakat marketing Novanto ternyata umayan juga. Penjualannya meroket sehingga pada umur 22 tahun sudah diangkat menjadi Kepala Penjualan Mobil untuk wilayah Indonesia bagian timur.
Setya Novanto bertemu Hayono Isman saat bersekolah di Sekolah Menengah Atas 9 (kini disebut SMAN 70).
Pertemuan dengan mantan Menteri Pemuda dan Olahraga itu menjadi awal mula persinggungan Setya dengan dunia politik.
Saat menimba ilmu di Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya, Setya memiliki banyak pekerjaan.
Novanto sempat berjualan beras dan madu dengan modal Rp82.500.
Dia memulai dengan kulakan tiga kuintal beras hingga bisa berjualan beras sampai dua truk yang langsung diambil dari pusatnya di Lamongan, Jawa Timur.
Saat itu, dia juga punya kios di pasar Keputren, Surabaya, namun usaha tersebut tak bertahan lama dan predikat juragan beras ditanggalkannya karena mitra usahanya mulai tidak jujur.
Novanto mendirikan CV Mandar Teguh bersama putra Direktur Bank BRI Surabaya, Hartawan.
Dia membubarkan CV-nya setelah mengamini tawaran pekerjaan menjual mobil salesman Suzuki untuk Indonesia Bagian Timur.
Berkat kepiawaiannya menjual, pada usia 22 tahun dan dia tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Akuntansi Universitas Widya Mandala Surabaya yang menjadi Kepala Penjualan Mobil untuk wilayah Indonesia Bagian Timur.
Setya pun pernah menjadi model, dan terpilih jadi pria tampan Surabaya (1975).
Di masa-masa ini, Setya Novanto dikenal sebagai orang yang ulet dan banyak sahabat.
Selepas kuliah di Widya Mandala, Setya bekerja untuk PT Aninda Cipta Perdana milik Hayono Isman yang bergerak sebagai perusahaan penyalur pupuk PT Petrokimia Gresik untuk wilayah Surabaya dan Nusa Tenggara Timur.
Kembali ke Jakarta di tahun 1982, Setya meneruskan kuliah jurusan akuntansi di Universitas Trisakti.
Selama kuliah ia tinggal di rumah teman dan atasannya, Hayono, di Menteng, Jakarta dan tetap bekerja di PT Aninda Cipta Perdana.
Selain menjadi staf, ia juga mengurus kebun, menyapu, mengepel, hingga menyuci mobil dan menjadi sopir pribadi keluarga Hayono.
Semasa kuliah Setya diingat oleh temannya sebagai seseorang yang rapi dan rajin, namun minim kegiatan sosial dan politik saat mahasiswa.
Sebagai pengusaha, ia dikenal sebagai salah satu binaan konglomerat Sudwikatmono dan oleh Sudwikatmono, Setya diakui memiliki kemampuan lobi di atas rata rata walaupun kurang matang.
Saat diwawancarai tabloid SWA di tahun 1999, Setya mengaku, "Sudwikatmono adalah pembina usaha saya, Hayono Isman membina saya dalam politik, dan Wismoyo Arismunandar membina wawasan pengabdian pada bangsa dan negara."
Setya memulai kiprahnya di bidang politik sebagai kader Kosgoro di tahun 1974.
Setya Novanto terpilih dalam pencalonan Ketua DPR RI Periode 2014 - 2019 dari Partai Golkar dan pada 2 Oktober 2014 terpilih sebagai Ketua DPR RI.
Setya menikah dengan Luciana Lily Herliyanti, putri dari Brigadir Jenderal Sudharsono (mantan Wakil Kepala Kepolisian Daerah Jawa Barat).
Dari pernikahan ini ia memiliki dua anak yaitu Rheza Herwindo dan Dwina Michaella.
Ia kemudian bercerai dengan Luciana Lily dan menikah dengan Deisti Astriani Tagor dan memiliki dua anak yaitu Giovanno Farrel Novanto dan Gavriel Putranto.
Deisti mengaku bahwa suaminya begitu sibuknya sehingga saat-saat bersama yang mereka rutin lakukan adalah berdiskusi di kamar mandi.
Pada tahun 2001, Setya Novanto menjadi salah satu saksi persidangan kasus hak piutang (cessie) PT Bank Bali kepada Bank Dagang Nasional Indonesia (BDNI).
Nama Setya Novanto pernah disebut oleh mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin sebagai salah satu pengendali proyek dalam kasus e-KTP.
Dalam kasus ini, Nazaruddin menyebutkan ada aliran dana yang mengalir ke sejumlah anggota DPR salah satunya Setya Novanto. Novanto diperkirakan menerima Rp300 miliar dari proyek e-KTP.
Setya Novanto pernah diperiksa terkait perkara suap pembangunan lanjutan tempat Pekan Olahraga Nasional XVII. Ruang kerja Setya Novanto juga digeledah oleh Penyidik KPK pada 19 Maret 2013. Tersangka dalam kasus itu adalah mantan Gubernur Riau Rusli Zainal.
Pada 16 Desember 2015, Novanto mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Ketua DPR RI terkait kasus pencatutan nama Presiden RI Joko Widodo dalam rekaman kontrak PT Freeport Indonesia.
Novanto pernah hadir dalam kampanye bakal Calon Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat berkunjung ke Negeri Paman Sam dan memicu kontroversi di Tanah Air.
Setya Novanto sempat bikin heboh media sosial gara-gara tertangkap tertidur saat mengheningkan cipta di arena Munaslub Partai Golkar. (*)