Laporan Wartawan Grid.ID, Dianita Anggraeni
Grid.ID - Sebagai wanita kini harus rajin-rajin menjaga serta merawat kesehatan tubuh.
Terutama daerah kewanitaannya. Sebab, berbagai macam penyakit mengintai kepada wanita.
Mulai dari penyakit sederhana sampai yang berbahaya, salah satunya munculnya kista.
Baca Juga: Hari Ulang Tahun Jakarta, Zaskia Mecca Menjajakan Dagangannya di Jakarta Fair Kemayoran
Kista adalah tumor jinak yang terbungkus selaput semacam jaringan.
Kista ini biasanya berisi cairan kental, tapi ada juga yang berisi nanah atau udara.
Setiap wanita memiliki dua indung telur di kanan dan kiri.
Baca Juga: Komunitas Moge Berniat Buat Charity untuk Agung Hercules, Sang Istri: Kita Butuhnya Dukungan dan Doa
Setiap indung telur tersebut berisi ribuan telur yang masih muda atau folikel yang setiap bulan akan membesar, dan hanya satu folikel yang membesar sangat cepat sehingga menjadi telur yang matang.
Jika gangguan terjadi pada siklus ini, maka risiko munculnya kista pun akan meningkat.
Bagaimana kista bisa muncul dan apakah berbahaya?
Bagaimana mendeteksi dan mengatasi kista jika hal itu terlanjur ada?
Yuk, pahami fakta kista berikut ini.
Munculnya Kista
Di dalam ruang panggul seorang wanita terdapat rahim yang diapit oleh dua ovarium.
Ovarium adalah organ pembuat sel telur.
Di dalam ovarium ada folikel, di dalam folikel inilah sel telur disimpan.
Folikel ovarium juga mengeluarkan hormon yang memengaruhi tahapan siklus ovarium.
Setiap bulan, ada satu sel telur yang matang dan keluar dari ovarium menuju tuba falopi (saluran telur).
Semua proses ini terjadi atas bantuan berbagai hormon, antara lain adalah estrogen dan progesteron wanita.
Menurut Mary Jane Minkin, MD, profesor klinis kebidanan, kandungan, dan reproduksi di Yale University School of Medicine, jika folikel tidak melepas sel telur, folikel akan membesar dan berkembang menjadi kista folikel atau kista ovarium.
Baca Juga: Rumah Tangganya Terlihat Harmonis, Ternyata Shireen Sungkar Pernah Nyaris Gandeng Suami Orang!
Cara mendeteksinya
Kista sering muncul tanpa gejala dan bisa hilang dengan sendirinya.
Kista folikel, misalnya, kebanyakan tidak memengaruhi siklus menstruasi.
Adapun kista korpus luteum timbul karena perdarahan pada waktu pelepasan sel telur.
Darah yang keluar kadang tersamar dengan darah menstruasi.
Biasanya, kista korpus luteum menyebabkan sakit di rongga panggul.
Namun lagi-lagi, banyak wanita menganggap rasa sakit itu sebagai hal yang wajar karena menstruasi.
Seharusnya, Anda curiga jika saat menstruasi, bagian dalam rongga panggul terasa sakit hebat, atau siklus haid tidak teratur.
Kunjungi dokter spesialis kebidanan dan kandungan.
Dokter mungkin akan menemukan satu kista yang ukurannya cukup besar saat pemeriksaan ruang panggul atau saat USG.
Ada beberapa wanita yang mengalami gejala berupa nyeri di area perut, dan ini bisa jadi petunjuk bagi dokter untuk menduga adanya kista.
Beberapa wanita penderita kista mengalami demam, mual, dan muntah.
Gejala-gejala ini mungkin saja merupakan tanda infeksi dan harus segera ditangani.
Salah satu hal yang paling membuat dokter khawatir adalah ketika kista menyebabkan ovarium berputar, yang tidak hanya dapat menyebabkan infeksi, tetapi juga menghambat suplai darah ke ovarium.
Hal ini dapat menyebabkan kerusakan permanen yang dikenal sebagai adneksa torsi.
Kabar baiknya, adneksa torsi jarang terjadi.
Cara dokter memastikan keberadaan Kista
Seringkali, diagnosa kista ditegakkan setelah dokter melakukan pemeriksaan ultrasound lewat vagina.
Tapi, bisa juga dokter menduga keberadaan kista hanya dari gejalanya saja.
Dokter mungkin akan memantau selama beberapa minggu atau bulan sebelum memutuskan untuk melakukan pembedahan.
Sekarang ini, dokter sudah bisa mendeteksi keberadaan kista melalui darah haid, terutama bagi perempuan yang belum menikah.
Cara ini telah dipraktikkan di RSCM Kencana untuk para perempuan muda yang belum menikah.
Operasi dilakukan terutama jika Anda berisiko adneksa torsi, kata Dr. Minkin.
Atau jika kista telah bertahan selama lebih dari tiga kali siklus menstruasi, ukuran kista lebih besar dari 10 cm, atau jika ada kecurigaan bahwa massa tersebut bisa berkembang menjadi tumor ganas.
Jika harus dibedah, Anda mungkin akan mengalami salah satu dari dua prosedur:
laparoskopi atau laparotomi. Keduanya akan membutuhkan anestesi umum.
(*)
Source | : | www.health.com |
Penulis | : | Dianita Anggraeni |
Editor | : | Dianita Anggraeni |