Laporan Wartawan Grid.ID, Dianita Anggraeni
Grid.ID - Rambut kemaluan atau bulu kemaluan bagi sebagian wanita mungkin mengganggu.
Terkadang untuk mengatasi masalah tersebut, sebagian wanita ada yang mencukur atau waxing bulu kemaluannya.
Memang tidak ada larangan untuk mencukur atau waxing rambut kemaluan atau yang bisa disebut pubic hair itu.
Baca Juga: Galih Ginanjar Lecehkan Organ Intim Mantan Istri Bau Ikan Asin, Soda Kue Bisa Bikin Miss V Wangi
Tapi alangkah baiknya wanita mengetahui lebih jauh mengenai pubic hair ini.
Menurut Dr Vanessa Mackar, Konsultan Obstetrician dan Ginekolog dari Royal College of Obstetricians and Gynecologists, Inggris, melansir dari Kompas.com, rambut kemaluan wanita yang berada di sekitar vagina mempunyai tugas penting bagi kesehatan vagina.
Menurutnya, "Rambut kemaluan menjadi penghalang alami untuk menjaga kebersihan, untuk mengurangi kontak dengan virus dan bakteri, dan untuk melindungi kulit halus vulva."
Baca Juga: Viral Kisah Pria Naik Bus Hantu Cikampek-Bandung, Mbah Mijan Beri Tanggapan
Masih menurut Mackar, rambut kemaluan juga berfungsi untuk mencegah partikel asing seperti debu dan bakteri patogen bisa masuk ke tubuh melalui daerah kemaluan.
Selain itu, rambut di area vagina juga membantu mengontrol kelembaban area yang menurunkan risiko infeksi jamur.
Hal senada diinformasikan dengan lengkap oleh MayoClinic.org.
Menurut Mary Marnach, M.D, yang menjawab pertanyaan masyarakat mengenai mencukur rambut kemaluan wanita, tidak ada alasan medis atau higienis untuk menghilangkan sebagian atau seluruh rambut kemaluan seorang wanita.
Jika rambut kemaluan atau bulu kemaluan wanita dicukur atau di waxing, selain prosesnya menyakitkan, juga bisa menyebabkan banyak efek samping yang tidak banyak diketahui wanita.
Berikut efek samping ketika mencukur atau waxing rambut kemaluan:
1. Vagina atau area vagina menjadi gatal. Malah bisa menyebabkanb gatal yang parah.
2. Kelamin wanita alias vagina, jika mencukurnya dengan waxing bisa saja mengalami luka bakar karena waxing.
3. Sangat bisa mengalami abrasi atau luka selama pencukuran atau waxing.
4. Bisa muncul tunggul, ruam, benjolan dan rambut tumbuh ke dalam.
5. Sangat mungkin akan terjadi Infeksi bakteri.
6. Berpeluang besar risiko tertular atau menularkan infeksi virus, seperti herpes simplex atau HPV, karena luka atau iritasi kulit yang membuat kulit lebih rentan.
Mackar pun mengingatkan, jika mencukur rambut kemaluan wanita bisa berisiko iritasi dan membuat folikel rambut yang tertinggal terinfeksi.
Bahkan, mencukur rambut kemaluan juga dapat meninggalkan luka mikroskopis.
"Ketika iritasi itu dikombinasikan dengan lingkungan yang hangat dan lembab di area kelamin, ini mendatangkan risiko berkembangnya bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit," papar Mackar.
Untuk diketahui, rambut kemaluan di daerah genital juga membantu meminimalkan kontak kulit dengan seseorang yang mungkin sudah memiliki penyakit menular seksual.
Ini terjadi karena rambut di area vital akan membantu mencegah kontraksi.
"Mencukurnya bisa sangat merugikan karena membuat wanita berisiko lebih tinggi terkena penyakit kelamin, seperti kutil kelamin," kata Mackar.
Baca Juga: Intip Penampilan Seksi BCL Kenakan Gaun Belahan Dada Rendah yang Jadi Sorotan Netizen
Hal ini juga dapat menyebabkan kerusakan ringan yang tidak nyaman, seperti luka bakar, kemerahan, lecet dan gatal.
Mencabut rambut kemaluan pun dapat menyebabkan kerusakan kulit dan infeksi.
Bahkan, dapat menimbulkan rasa sakit yang berakibat pada infeksi atau radang, atau yang dikenal dengan folikulitis.
Dalam banyak kasus, folikulitis akan hilang dengan sendirinya.
Namun, jika terjadi dalam kondisi parah, dokter biasanya memberikan antibiotik untuk mengobati kondisi tersebut.
Baiknya jika ingin mencukur rambut kemaluan, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter.
Baca Juga: Tampil Bak ABG, Penampilan Rossa Justru Bikin Salah Fokus Saat Tenteng Tas Seharga 106 Juta Rupiah
(*)
Gagal Move On dan Tak Terima sang Mantan Pacar Sudah Punya Kekasih Baru, Pria Ini Culik sang Wanita tapi Keciduk Polisi, Begini Akhirnya
Source | : | Kompas.com,Mayo Clinic |
Penulis | : | Dianita Anggraeni |
Editor | : | Dianita Anggraeni |