Grid.ID - Di Indonesia, susu kental manis banyak diberikan pada anak-anak sebagai pengganti susu formula atau susu sapi.
Namun, apakah bahan-bahan pada susu kental manis bisa memenuhi kebutuhan nutrisi anak-anak layaknya susu sapi?
Menurut ahli gizi, memberikan susu kental manis pada anak-anak justru bisa memberikan dampak negatif yang membahayakan kesehatan.
Baca Juga: 5 Brand Makeup Lokal yang Memiliki Sertifikat Halal, Berkualitas Namun Ramah di Kantong!
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sudah memberikan pernyataan resmi bila produk susu kental manis yang selama ini dijual tidak benar-benar mengandung susu.
Tanpa padatan susu sama sekali, susu kental manis telah berhasil "menipu" masyarakat yang justru sering menyajikannya untuk anak, sebagai alternatif dari susu bubuk yang memiliki harga lebih mahal.
Selain "menipu", susu kental manis juga dinyatakan berbahaya bagi kesehatan terlebih bila dikonsumsi untuk anak-anak yang masih dalam proses pertumbuhan.
Baca Juga: Manfaat Positif Bayi yang Mengeluarkan Air Liur, Ternyata Bukan karena Ngidam Tak Dipenuhi!
Mengkonsumsi SKM secara berlebihan akan meningkatkan risiko diabetes dan obesitas pada anak-anak. Hal ini disebabkan karena kadar gula tinggi di minuman SKM.
"Sebagai sumber energi iya, tetapi sangat tidak baik apabila energi anak bersumber dari gula," kata Dr.Rita Ramayulis, DCN, M.Kes, seorang dosen Gizi Poltekkes Kementerian Kesehatan Jakarta dilansir dari Kompas.com seperti dikutip Grid.ID pada Senin (24/6/2019).
"Tubuh punya toleransi tertentu dan penelitian menjelaskan, konsumsi gula lebih dari 10% energi total akan berisiko penurunan sensitivitas insulin yang kemudian memicu hiperglikemia (kadar gula darah lebih tinggi dari batas normal) dan memicu risiko diabetes," tambah Rita.
Baca Juga: Jelang Pernikahannya dengan Bunga Jelitha, Syamsir Alam Diteror Ivan Gunawan
Indonesia saat ini berada di urutan ke-4 di dunia yang penduduknya paling banyak terkena diabetes, kata Rita.
Pada piramida gizi seimbang, susu masuk dalam kelompok bahan makanan sumber protein. Kandungan 8 gram protein setara dengan satu porsi telur, daging, ikan dan tempe.
"Harusnya susu itu bisa memberi protein lebih kurang 8 gram, kalsium sekitar 250 gram. Dan gula yang boleh untuk anak menurut piramida gizi seimbang sekitar satu sampai 2 sendok makan atau setara dengan 26 gram," kata Rita.
"Jika kemudian seorang anak minum susu dari susu kental manis sebanyak dua gelas per hari, seperti anjuran gizi seimbang, maka asupan gulanya sangat melebihi dari pembagian makan sehari yang seimbang untuk anak, ini saya sayangkan sekali," kata Rita.
Baca Juga: Ibunda Kriss Hatta Nangis karena Sakit Hati Anaknya Jadi Terdakwa
Selain diabetes dan obesitas, asupan gula secara berlebihan akan merusak gigi pada anak-anak.
"Anak-anak yang suka konsumsi gula tinggi dalam bentuk susu dan tidak langsung membersihkannya, maka akan memicu caries dentis (gigi karies). Penelitian tentang ini sudah banyak di jurnal kedokteran," katanya.
Dilansir Grid.ID dari Depkes.go.id, gagasan susu menjadi konsumsi harian masyarakat Indonesia perlu mempertimbangkan beberapa hal.
Di antaranya, data prevalensi intoleransi laktosa yang tinggi, risiko alergi susu dan penyakit akibat kekurangpahaman masyarakat tentang cara menyimpan susu secara tepat agar tidak menyimpan bibit penyakit.
Baca Juga: Fakta Blue Java Banana, Pisang Unik Berwarna Biru yang Miliki Tekstur Selembut Es Krim
Selain itu, harga susu yang difortifikasi atau ditambahi zat gizi lain menjadi hampir tidak terjangkau masyarakat umum. Ini yang menyebabkan banyak masyarakat yang beralih minum susu kental manis.
Kementerian Kesehatan Indonesia menghimbau masyarakat untuk beralih mengkonsumsi ikan sebagai sumber protein yang lebih awet daripada susu.
(Michael Hangga Wismabrata) (*)
Artikel ini pernah tayang di Intisari dengan judul "BPOM Nyatakan Susu Kental Manis Tak Mengandung Padatan Susu: Ini Risiko Penyakit Berbahaya di Balik Susu Kental Manis"
Viral Rumah Dijual Rp 27 Juta di Yogyakarta, Kondisinya Horor dan Bikin Merinding, Akan Dibeli Joko Anwar?
Source | : | kompas,intisari |
Penulis | : | None |
Editor | : | Ulfa Lutfia Hidayati |