Sayangnya, penanggalan batuan ini tidak bisa mengungkapkan kecepatan pencairan es yang terjadi pada masa tersebut.
Tahun 2005 lalu, tim ilmuwan berbeda melakukan penanggalan batuan vulkanik di atas tutup karbonat serupa di lokasi berbeda, provinsi Guizhou, China.
Batuan tersebut berusia 635,2 juta tahun.
Dua sampel tersebut menunjukkan peristiwa melelehnya es di sebagian besar bumi adalah pencairan cepat selama 1 juta tahun.
Laporan mengenai penelitian ini kemudian dipublikasikan oleh tim tersebut dalam jurnal Geologi.
Baca Juga: Datangi Gunung Bersalju, Syahrini Tutupi Badan Mungilnya dengan Parka Seharga Rp 134 Juta
Kuncinya, Xiao menjelaskan, adalah bahwa dua tanggal ini jauh lebih tepat daripada sampel sebelumnya, dengan error bar (grafik untuk menunjukkan variasi akibat eror atau ketidakpastian dalam pengujian) kurang dari 1 juta tahun.
Error bar itu pada dasarnya menggolongkan periode di mana tutup karbonat terbentuk — dan, dengan demikian, membatasi periode peristiwa pencairan Bumi Bola Salju terakhir.
Karena sampel yang ditemukan sebelumnya memiliki error bar beberapa juta tahun atau lebih, Xiao mengatakan bahwa penanggalan baru ini adalah yang pertama yang dapat digunakan untuk menghitung laju pencairan dengan pasti.
Namun, karena dua sampel baru berasal dari China selatan, artinya kedunya tidak mengambarkan fenomena global tentang pencairan kuno, kata Carol Dehler, ahli geologi di Universitas Negeri Utah di Logan.
Untuk melakukan itu, para ilmuwan perlu menemukan batuan vulkanik yang dapat didata dari bagian lain dunia, yang kira-kira "sama lazimnya dengan unicorn," canda Dehler.
Tetapi, dia menambahkan, mereka mungkin ada di luar sana "menunggu untuk ditemukan."
Baca Juga: Bak Artis Hollywood, Lihat Seksinya Luna Maya dengan Mini Dress Belahan Dada Rendah Saat Pemotretan
Meski demikian, memahami sifat glasiasi purba ini dapat membantu para ilmuwan menghadapi perubahan iklim hari ini.
"Saya pikir salah satu pesan terbesar bahwa fenomena 'Bola Salju Bumi'pada manusia adalah bahwa itu menunjukkan kemampuan Bumi untuk berubah secara ekstrem pada skala waktu yang pendek dan lebih lama," tutur Dehler.
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dulu Bak Antartika, Ke Mana Hilangnya Salju di Indonesia?"
Viral Rumah Dijual Rp 27 Juta di Yogyakarta, Kondisinya Horor dan Bikin Merinding, Akan Dibeli Joko Anwar?
Source | : | kompas |
Penulis | : | None |
Editor | : | Ngesti Sekar Dewi |