Laporan Wartawan Grid.ID, Dianita Anggraeni
Grid.ID - Gunung Piramid yang berada di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur beberapa waktu terakhir ini menjadi perbincangan di media sosial.
Hal itu disebabkan karena hilangnya salah satu pendaki bernama Thoriq Rizky.
Setelah dinyatakan hilang selama 12 hari, Thoriq Rizky pun ditemukan dalam keadaan meninggal dunia.
Baca Juga: Menghadapi Sidang Putusan Pekan Depan, Steve Emmanuel: Serahkan Sama Tuhan
Kejadian naas tersebut berawal dari Thoriq Rizky dan tiga temannya, Rizki, Syafril, dan Pungki, memulai pendakian pada Minggu (23/6/2019) pagi untuk melihat sunset.
Namun, tak lama sampai puncak, Toriq dan temannya turun.
Saat itu Thoriq berjalan di depan dan teman-temannya tidak bisa melihat jelas karena wilayah di Gunung Piramid diselimuti kabut yang sangat tebal.
Baca Juga: Putri Shah Rukh Khan Berpose Cantik Bak Charlie's Angels, Sang Ayah Rela Jadi Fotografernya
Saat tiba di bawah, Pungki dan Rizki pun kehilangan jejak Thoriq lalu melaporkan kejadian tersebut kepada warga sekitar.
Belajar dari apa yang dialami Thoriq, anggota senior Mapala Universitas Indonesia Adi Seno Sosromulyono mengingatkan pendaki untuk mempersiapkan diri dengan matang sebelum melakukan pendakian.
Persiapan itu tak hanya fisik, tetapi juga pengetahuan mengenai gunung yang akan didaki.
"Lengkapi diri dengan pengetahuan navigasi, mitigasi, dan teknik pendakian," kata anggota Adi Seno Sosromulyono seperti yang Grid.ID lansir dari Kompas.com.
Adi Seno, yang juga Dewan Penasihat Asosiasi Pendaki Gunung Indonesia (APGI), mengatakan, bagi para pendaki yang tidak terlalu mengetahui jalur gunung tersebut, dapat melakukan perjalanan dengan orang yang memang mempunyai kompetensi atau mountain leader.
Baca Juga: Warga Aceh Panik Saat Daerahnya Dilanda Hujan Es Sebesar Biji Kelereng
"Pilihan lain ikut guide climb bersama pemandu pendaki kompeten," ujar dia.
Adi juga mengingatkan cuaca, pendaki harus bersiap dengan kondisi alam yang tak bisa diprediksi.
Cuaca cerah saat mulai pendakian, bisa berubah tiba-tiba.
Seorang pendaki harus siap dengan segala situasi ini.
Kepanikan yang berujung keteledoran, kata dia, akan merugikan pendaki itu sendiri.
Baca Juga: Niat Bergaya Nyentrik , Jari Pria ini Berubah Jadi Mengerikan Setelah Kenakan 53 Cincin Sekaligus
Menurut Adi Seno, meskipun dalam keadaan genting, keputusan matang menjadi kunci keselamatan para pendaki.
"Jika memiliki keterampilan, pengetahuan (navigasi, mitigasi dan teknik pendakian), serta sikap maka pendaki akan membuat keputusan untuk terus (melakukan pendakian), berhenti dan bertahan, atau kembali," kata Adi Seno.
Keputusan yang diambil tersebut tentunya tetap tergantung pada lokasi dan seberapa parah kondisi tak terduga ini.
"Biasanya kalau badai di ketinggian yang bisa dilakukan adalah bertahan, buka bivak dan menunggu perubahan membaik selama perbekalan mencukupi," papar Adi Seno.
"Syarat utama dapat memisahkan diri dari elemen luar (cuaca atau alam)," pungkasnya.
(*)
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Dianita Anggraeni |
Editor | : | Dianita Anggraeni |