Grid.ID - Menstruasi adalah bagian biologis perempuan tapi dianggap tabu di salah satu daerah.
Bukan masalah tidak murni untuk acara sosial atau pun keagamaan, menstruasi di India di anggap mengganggu pekerjaan.
Seperti dilansir dari BBC News, sebagian besar perempuan yang datang dari keluarga kurang mampu di India harus bekerja keras.
Baca Juga: Sebut Dirinya Miliki Berlian 30 Karat, Mantan Suami Barbie Kumalasari Bongkar yang Sebenarnya
Terutama mereka yang tidak punya latar belakang pendidikan dan terpaksa harus melakukan pekerjaan kasar.
Pertama beradal dari India bagian Barat yaitu Maharashtra.
Baru saja terungkap bahwa ribuan wanita muda menjalani prosedur mengangkat rahim.
Prosedur bedah ini sudah berjalan selama tiga tahun terakhir, kebanyakan mereka melakukan ini karena bekerja sebagai pemanen tebu.
Setiap tahun puluhan ribu keluarga kurang mampu dari Beed, Osmanabad, Sangli dan Solapur bermigrasi ke distrik Barat.
Baca Juga: Bahayanya Gas Saraf Bila Kena ke Tubuh, Bisa Buat Kamu Lumpuh!
Negara bagian barat ini dianggap lebih makmur karena merupakan lahan dari tebu.
Sesampainya disana mereka berada di bawah kekuasaan kontraktoryang serakah dan suka mengeksploitasi pekerjanya.
Awalnya mereka enggan memperkerjakan perempuan karena memotong tebu adalah pekerjaan kasar.
Serta perempuan akan kehilangan satu atau dua hari masa kerja selama periode menstruasi mereka.
Jika mereka melewatkan satu hari pun kerja justru pekerja diwajibkan untuk membayar penalti.
Kondisi kehidupan di wilayah yang dianggap makmur itu ternyata jauh dari perkiraan.
Baca Juga: Wanita Ini Derita Kerusakan Saraf Usai Melahirkan Akibat Kesalahan Dokter
Keluarga harus tinggal di gubuk atau tenda dekat ladang, tidak ada toilet, serta panen ladang dilakukan saat malam hari.
Tidak ada waktu tetap untuk tidur atau pun bangun, sehingga pekerjaan ini jadi lebih sulit dilakukan oleh wanita.
Kondisi higienis yang buruk membuat banyak wanita tertular infeksi dan akhirnya dokter yang dianggap tak bermoral mendorong mereka untuk mengangkat rahimnya.
Sebagian besar wanita di daerah ini menikah muda dan sudah memiliki anak di umur 20-an.
Sehingga dianggap tidak bermasalah jika rahimnya diambil agar tidak ada menstruasi lagi.
Wanita disana dibuat percaya bahwa operasi angkat rahim itu tidak berbahaya, apalagi mereka sudah punya keturunan.
Baca Juga: Miris! Suaminya Nikah Lagi Tanpa Izin, Wanita Ini Hanya Pendam Marah
Setelah masalah ini diangkat, Neelam Gorhe yang menjabat sebagai Menteri Kesehatan mengakui ada 4.605 pembedahan angkat rahim di Beed.
Namun tidak semuanya dilakukan kepada wanita yang bekerja sebagai pemanen tebu.
Menteri mengatakan sebuah tim sudah dibentuk untuk menelusuri kasus yang satu ini.
Maret kemarin sudah terdata sebagian perempuan yang melakukan pembedahan rata-rata usianya di bawah 40 tahun, kebanyakan masih sekitar 20-an.
Banyak perempuan yang mengeluh kesehatan memburuk setelah mereka menjalani pembedahan tersebut.
“Saya merasakan sakit dipunggung terus menerus, leher, lutut.
Baca Juga: Hotman Paris Sebut Meriam Bellina Merupakan Artis Paling Cantik, Ternyata Begini Ritualnya
Bahkan saya pernah bangun di pagi hari dengan tangan, wajah, dan kaki yang bengkak,” ujar seorang wanita.
Bahkan ada yang mengeluh menderita pusing yang terus-menerus.
Semoga praktik pembedahan angkat rahim ini bisa ditindak lanjuti agar kualitas hidup seorang perempuan bisa lebih baik disana. (*)
Artikel ini pernah tayang di Nakita.id dengan judul Aneh! Tidak Dapat Cuti, Wanita Ini Operasi Angkat Rahim Agar Berhenti Menstruasi, Ini Alasannya!
Pak Tarno Derita Sakit Stroke, Istri Pertama Ngaku Ogah Jenguk Gegara Kelakuan Bini Muda: Pelakor Itu!
Penulis | : | Nailul Iffah |
Editor | : | Nailul Iffah |