Grid.ID - Parasnya yang cantik dan dandanannya yang nyentrik membuatnya berbeda dengan pejabat negara kebanyakan.
Sehingga saat berita tentang dirinya heboh untuk kesekian kali, banyak orang tersita perhatiannya pada sosok bupati cantik ini.
Dinonaktifkannya Sri Wahyumi Manalip, Bupati Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara memang menarik perhatian banyak orang.
Siapa sangka ini bukan kali pertama Manalip membuat jagad maya heboh.
Netizen Banjiri Instagram Marion Jola, Tanya Soal Video Viral!
Lantas siapa sebenarnya Sri Wahyumi Manalip?
Berikut Grid.ID rangkum dari berbagai sumber:
1. Sempat Menghilang dan Terdampar di Pulau
Hilang kontak selama 24 jam, kapal cepat yang ditumpangi rombongan Bupati Talaud, Sri Wahyuni Manalip akhirnya ditemukan.
Bupati dan rombongan terdampar di Pulau Siau, Kampung Sawang, Sulawesi Utara, Senin (13/2/2017) pukul 08.00 WITA.
Saat ditemukan, korban dalam kondisi selamat dan langsung mendapatkan pertolongan awal.
Dilaporkan kapal cepat yang membawa tujuh penumpang itu hilang kontak Minggu (12/2/2017) seperti dikutip Grid.ID dari Tribun Manado.
Terbaru, Gini Kronologi Lengkap Pembunuhan Satu Keluarga di Aceh!
2. Nyentrik dan Hobi Naik Motor Trail
Aksinya saat nge-trail di medan berlumpur ini sempat viral setelah seorang pengguna Facebook membagikan fotonya.
Juni 2017, Manalip menggunakan motor trail Kawasaki KLX150 dengan gagah menerabas medan yang dipenuhi lumpur becek.
Tak hanya nge-trail, bupati cantik yang doyan olahraga menantang ini juga hobi menunggangi jetsky dan menyelam.
3. Diganjar Beberapa Penghargaan
Manalip juga pernah diganjar penghargaan Jaminan Kesehatan Award dari Kementerian Kesehatan.
Selain itu, dirinya juga menerima gelar dari Paku Buwono XIII sebagai Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Sri Wahyuni Maria Manalip Puspaningtyas.
4. Selebgram
Nyentrik, berparas ayu, dan menjabat sebagai bupati, lengkap sudah syarat Manalip memperoleh popularitas dari banyak netizen.
Akun instagram yang diduga miliknya @sri_manalip tercatat memiliki 29ribu pengikut.
5. Diberhentikan Mendagri
Kasusnya yang teranyar ini berbuntut dinonaktifkannya Manalip selama 3 bulan sebagai Bupati Talaud.
Pemberhentiannya menyusul keluarnya surat keputusan yang ditandatangani Menteri Dalam Negeri (Kemendagri).
Manalip dinonaktifkan selama tiga bulan karena mengadakan perjalanan ke luar negeri tanpa dilengkapi surat izin ke Kementerian Dalam Negeri.
Keputusan Mendagri nomor 131.71-17 tahun 2018 itu menerangkan tentang pemberhentian sementara Bupati Kepulauan Talaud.
Jemmy Kuemendong, Kepala Biro Pemerintahan dan Humas Pemprov Sulut mengaku sudah menerima surat keputusan soal pemberhentian Bupati Talaud
"Surat keputusannya sudah ada nanti besok akan diserahkan ke Bupati," ujarnya kepada Tribun Manado.
Sesuai keputusan itu, Bupati Talaud dibehentikan sementara karena melanggar undang-undang.
Kasus ini mencuat setelah Bupati Sri Wahyumi Manalip mengadakan perjalanan ke luar negeri.
Kepergian Bupati ke Amerika ternyata tak dilengkapi surat izin ke Kementerian Dalam Negeri.
Tim Kemendagri pun turun untuk menyelidiki kasus ini.
Hasil penyelidikan ternyata membawa Sri Wahyumi dinonaktifkan selama 3 bulan.
6. Gara-gara Hadiri Undangan Donald Trump
Kepergian Sri Wahyuni Manalip ke Amerika ternyata juga sempat heboh lantaran ia diketahui mendapat undangan khusus dari presiden AS, Donald Trump.
Undangan yang jadi perbincangan netizen itu juga tak lepas dari amatan seorang pegiat sosial budaya, Jolly Horonis.
Jolly melalui postingannya mempertanyakan maksud di balik undangan tersebut:
Membaca link berita yang diposting teman di lini masa facebook tentang undangan presiden AS, Donald Trump kepada bupati kepulauan Talaud untuk hadir ke gedung putih sontak membuat beberapa teman ikut ambil bagian dalam berkomentar; http://lidik.net/presiden-amerika-donald-trump-undang-bupat….
Saya juga ikut ambil bagian berkomentar. Apa pasal yang menyebabkan beberapa teman itu tertarik mengomentari? Postingan teman itu diberi keterangan pembandingan bupati Talaud dan bupati kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro).
Kedua kabupaten ini adalah hasil pemekaran dari kabupaten induk Sangihe Talaud. Talaud lebih ke utara, sedangkan Sitaro lebih ke selatan dan memiliki jarak yang lebih dekat dengan kota Manado.
Talaud hebat Sitaro terpuruk. Itulah judul postingan link berita undangan trump kepada bupati talaud itu, oleh teman saya.Pembandingan yang dimaksud oleh teman saya ini semata karena pengaruh Negara adidaya itu yang tiba-tiba tak ada angin tak ada hujan langsung memberi undangan kepada bupati kabupaten paling utara Indonesia ini. Atau bisa saja teman saya ini punya maksud lain. Saya tidak bisa sembarang menebak.
Terlepas soal membandingakan dua bupati kabupaten di utara Indonesia ini, saya justru tertarik soal apa kepentingan trump di utara Indonesia saat ini. Jika bisnis, kira-kira bisnis apa yang akan dibangun Trump di Talaud? Jika soal kepentingan luar negeri, bukankah otonomi daerah tidak memberi kewenangan daerah untuk urusan politik manca Negara?
Bisnis orang nomor satu Negara adidaya ini yang masuk akal untuk kabupaten Talaud adalah perhotelan atau resort. Bisnis ini juga menyebar di beberapa tempat di Indonesia terlebih di Bali. Bukan tidak mungkin Trump akan kerja sama dengan pemerintah talaud untuk bisnis ini. Tentu hal positif bagi pertumbuhan pendapatan daerah jika benar bisnis ini akan dilakukan trump di Talaud.
Pertanyaan lain adalah, seberapa banyak pengunjung (wisatawan asing) datang ke Talaud? Apakah ada keuntungan yang besar didapatnya?
Jika urusan kepentingan luar negeri AS di utara Indonesia, bukankah lebih baik mengundang Retno Marsudi sebagai menteri luar negeri? Ini juga tentu lebih besar kewenangannya. Sri Wahyuni Manalip selaku bupati Talaud tidak memiliki kewenanga lebih dibanding Retno Marsudi dalam urusan politik manca negara.
Supaya tidak terjebak dalam dugaan dan prasangka lain tentang kepentingan Trump ini, sebaiknya kita membaca politik AS di utara Indonesia juga di kawasan pacifik.
Di Sulawesi Utara, AS telah menancapkan kakinya di kota Manado dengan program WOCnya dan gerakan sosial dengan kapal Rumah Sakit US Mercy yang beberapa tahun lalu mampir di teluk Manado dan mengunjungi pulau-pulau di Utara Indonesia ini.
Di Pasifik, tentunya kita harus menyangkupautkan kepentingan AS ini dengan kepentingan China. Di Pasifik, perseteruan dua Negara besar ini semakin hangat. Tentunya akan berdampak pada wilayah sekitarnya, yang dalam istilah perang asimetris disebut proxy war.
Di Sulawesi Utara, Cina telah bercokol di kota pelabuhan, Bitung dengan program Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Hal ini pernah diulas dalam tulisan saya terdahulu dan dimuat di Global review pimpinan Hendrajit.
Di Negara tetangga utara Indonesia, Filipina, hubungan AS sedikit renggang. Ini terbaca dari beberapa pidato presiden fenomenal Philipin, Rodrigo Duterte yang agak tak berpihak pada AS.
Juga dugaan keterlibatan AS pada kelompok Abu Sayyaf di Filipina yang oleh pegiat geopolitik dibaca sebagai gerakan yang sama di wilayah timur tengah. Gerakan ini dicoba di bagian pasifik karena bergesernya kepentingan dari timur tengah menuju pasifik. Hal ini menjadi isu hangat di kalangan pegiat geopolitik.
Undangan presiden AS, Donald Trump kepada bupati Talaud ini baiknya kita baca dari sudut geopolitik agar kita mampu mengantisipasi hal lain yang akan berdampak pada kepentingan kita sebagai Negara bangsa.
Apa pun niat Trump yang terkandung dalam undangan ini sebaiknya kita respon secara positif dan cerdik demi kepentingan Negara Republik Indonesia, yang dalam istilah Dirgo D Purbo dkk, disebut KENARI. Juga agar kita tidak selalu rugi dengan posisi silang yang menguntungkan NKRI ini secara geografis. (*)
Penulis | : | Aditya Prasanda |
Editor | : | Aditya Prasanda |