Bak kutukan, penyakit ini menyebabkan 8 dari 10 anak Dakup meninggal dunia hingga tinggal menyisakan Semi dan seorang saudaranya.
"Seperti terkena kutukan kata ayah saya karena kakak saya selalu meninggal. Kakak saya ada 8 dan setiap tahun meninggal satu persatu. Hanya tersisa dua, termasuk saya," jelas Semi kepada Tribun Jateng.
Semi mengatakan bahwa sang ayah memilih tinggal di tengah hutan untuk menghindari agar kejadian itu tak lagi terulang.
Baca Juga: Praktik Kejam Manusia Zaman Dahulu, Buang Orang Tuanya di Hutan Supaya Terlantar Mati
Belakangan terungkap bahwa Dakup ternyata mengidap penyakit kusta lewat penuturan Jedot, salah satu warga sekitar yang pernah menjadi petugas Puskesmas Kecamatan Paninggaran.
Selama bertugas di wilayah itu dari tahun 1984 hingga 1987, Jedot mengaku sangat akrab dengan keluarga Semi.
"Sewaktu bertugas, dulu saya menemukan keluarga yang tinggal di tengah hutan. Hingga kini mereka masih bertahan," kata Jedot dilansir Tribunjateng.
Baca Juga: Akal Bulus Pengendara Motor yang Ogah Ditilang Polisi, Jatuh dari Motor Lalu Pura-pura Pingsan
Menurutnya, ayah Semi yang bernama Dakup tersebut menderita kusta dan beberapa jarinya terputus karena penyakit tersebut.
"Waktu itu sekitar tahun 1984 saya datang ke rumah milik ayah Semi. Dia selalu mengeluh akan penyakitnya. Selain terkena kusta, ayah Semi juga menceritakan bahwa keluarganya terkena kutukan. Maka dari itu ia menetap di tengah hutan," ia menambahkan.
Setelah kunjungan pertamanya, Jedot akhirnya kembali menyambangi rumah keluarga Semi karena prihatin melihat keluarga tersebut.
Bahkan meski Dakup telah lama meninggal dunia, Jedot masih rutin berkunjung hingga kini. (*)
Viral, Pernikahan Ini Sajikan Menu Mie Instan untuk Undangan yang Datang padahal Tajir, Tamu: Kami Juga Bawa Bekal Sendiri
Source | : | Kompas.com,Tribun Jateng |
Penulis | : | Puput Akad Ningtyas Pratiwi |
Editor | : | Puput Akad Ningtyas Pratiwi |