Grid.ID - Penyakit kelenjar getah bening bisa menjadi salah satu penyakit yang patut diwaspadai.
Sebab, jika tidak ditindak dengan cepat, bisa saja penyakit kelenjar getah bening tersebut makin memperburuk kesehatan.
Penyakit kelenjar getah bening itu banyak jenisnya, bisa hanya karena reaksi suatu proses peradangan, infeksi, atau bahkan keganasan.
Baca Juga: Resmi Menikah, Donna Harun akan Gelar Resepsi di Bali
Melansir dari Kompas.com, ada seorang pasien bernama Asa yang tinggal di Jakarta mengaku pernah menderita penyakit kelenjar getah bening sejak duduk di kelas 3 SMP hingga kelas 2 SMA mengajukan pertanyaan.
Ia bertanya, apakah penyakit kelenjar getah bening dapat menular atau ditularkan dan termasuk dalam penyakit yang dapat diwariskan seperti penyakit diabetes?
Melihat sedikit riwayat penyakit yang disampaikan oleh pasien tersebut, dokter mengatakan jika sebelumnya sang pasien mengalami infeksi kelenjar getah bening yang disebabkan basil tuberkulosis.
Baca Juga: Alasan Fans Jauh-jauh Datang Jenguk Jefri Nichol : Satu Kesalahan Gak Bisa Hapus Ribuan Kebaikan Dia
Dalam kedokteran dikenal dengan istilah 'limfadenitis tuberkulosis'.
Jadi, perlu diketahui bahwa tuberkulosis itu tidak hanya menyerang paru, dapat juga mengenai organ tubuh di luar paru, termasuk kelenjar getah bening.
Kelenjar getah bening yang paling sering mengalami infeksi yang disebabkan oleh basil tuberkulosis adalah pada leher.
Sama dengan penyakit tuberkulosis paru, penyakit ini juga dapat ditularkan.
Namun jika penyakit yang dilami pasien adalah limfadenitis tuberkulosis, maka penyakit kelenjar getah bening ini tidak diturunkan, namun ada kecenderungan kejadiannya meningkat dalam keluarga.
Ini kemungkinannya hanya karena kontak yang berulang terjadi dalam keluarga itu.
Baca Juga: Teuku Wisnu Inginkan 11 Anak, Shireen Sungkar: Dikira Hamil tuh Kayak Kucing!
Lalu bagaimana cara untuk dapat mengantisipasi dan menyembuhkan penyakit kelenjar getah bening ini?
Yang harus dilakukan adalah menjalani pengobatan yang tepat sampai tuntas, biasanya paling tidak 6 bulan, bahkan bisa lebih.
Disarankan sebaiknya tetap kontrol dengan dokter sesuai anjuran.
Memperbaiki stamina dengan mengkonsumsi makanan yang sehat, olahraga teratur, berusaha mencapai berat badan normal, istirahat (tidur) yang cukup, dan boleh juga mengkonsumsi suplemen vitamin.
(*)
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Dianita Anggraeni |
Editor | : | Dianita Anggraeni |