Laporan Wartawan Grid.ID, Linda Rahmad
Grid.ID - Kamu pasti pernah bertanya-tanya bagaimana perusahaan berhasil memasarkan produknya.
Banyak perusahaan menerapkan prinsip MAYA untuk memasarkan produknya.
Prinsip Maya adalah singkatan dari Most Advanced, Yet Acceptable.
Istilah ini diciptakan oleh Raymond Loewy yang mungkin lebih kamu kenal sebagai pencipta logo Coca-Cola.
(BACA: Dear Pengguna iPhone, Apple Tawarkan Ikon Privasi Baru Untuk Cegah Phishing Password iCloud)
Filosofi tersebut menyatakan bahwa ketika ingin memunculkan produk baru, maka harus berhati-hati dalam menerapkan perubahan.
Menawarkan perubahan mungkin sebuah ide yang cukup baik untuk membuat produk baru tetap menarik, namun tidak membingungkan buat konsumen.
Secara umum di industri teknologi, perubahan tidak begitu disukai oleh orang.
Beberapa perubahan hanya akan dilihat baik jika hal itu mampu membuat perangkat lebih ramah untuk digunakan.
Dilansir Grid.ID dari phone arena, kami akan memberikan beberapa contoh penerapan prinsip MAYA.
Generasi iPhone mengalami perubahan dari tahun ke tahun.
Dari iPhone 2G, 3G, hingga 4G.
(BACA: Apple Segera Luncurkan iPhone Pertama Berukuran 6.1 Inci)
Namun perangkat tersebut tak banyak berubah dalam segi desain.
iPhone 4 hanya diubah bagian belakangnya menjadi kaca, sedangkan iPhone 5 didesain dengan ukuran sedikit lebih tinggi, kemudian iPhone 6 dan 6 Plus diluncurkan dengan desain yang hampir sama.
Apple tidak dalam posisi dimana pihaknya berusaha untuk menarik pengguna baru, mereka mengetahui bahwa mereka memiliki basis yang sangat setia dan basis yang menginginkan pengalaman yang konsisten atas perangkatnya.
Kasus ini hampir mirip dengan Samsung yang saat itu memperkenalkan Edge.
Mereka memperkenalkan varian ini untuk pertama kalinya pada tahun 2014 dengan perangkat Galaxy Note Edge.
Dan pada tahun 2015, Galaxy S6 dan S6 Edge menyusul untuk diluncurkan.
Seri The Edge mungkin tidak diinginkan oleh semua orang, namun Samsung mengambil langkah ini sebagai tanda kemajuan yang signifikan.
(BACA: Makin Canggih, di Android Oreo Kamu Bisa Lihat Kecepatan Wi-Fi Publik!)
Dan sekarang ini seri Edge di Galaxy sudah memiliki daftar yang lengkap dan dikenal oleh banyak orang.
Setelah iPhone, Android hadir membanjiri pasar dengan menawarkan pengalaman yang lebih unggul.
Android menawarkan kamera yang lebih baik, prosesor yang lebih cepat, penyimpanan yang bisa diperluas, layar yang lebih besar, dan masih banyak lainnya.
Bahkan bisa jadi tak lama lagi ponsel Android akan mampu melebihi iPhone, namun untuk saat ini Android masih gagal dengan challenge tersebut.
Produsen smartphone sekarang ini sedang gencar melakukan perang spesifikasi, sedangkan iPhone hanya berfokus untuk membuat perangkat yang bagus.
Ketika perkembangan berlangsung dengan cepat, maka akan sulit untuk membangun identitas merek.
iPhone mampu menawarkan pengalaman yang konsisten terhadap penggunanya, yang tidak banyak berubah.
Ponsel Android yang semakin diperbarui dengan berbagai macam perubahan, maka akan menodai gagasan orang mengenai merek tersebut.
Banyak pengguna Android setelah menggunakan perangkat selama 2 tahun maka akan beralih ke iPhone.
Hal tersebut tidak menyalahkan perusahaannya, melainkan karena pengalaman yang dialami saat menggunakan ponsel Android sama saja.
Sebuah perusahaan harus memiliki identitas atau ciri khas untuk membuat penggunanya tetap stay menggunakan perangkat tersebut.
Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang sukses adalah perusahaan yang bisa membuat sebuah pengalaman dari merek tersebut.
Hal inilah yang membimbing pengembang untuk memungkinkan perubahan namun tidak terlalu cepat. (*)
Nyesek, Abidzar Al Ghifari Sampai Lakukan Ini Demi 'Hadirkan' Mendiang Uje di Pernikahan sang Adik, Umi Pipik Auto Mewek
Penulis | : | Violina Angeline |
Editor | : | Violina Angeline |