Grid.ID - Penyakit peneumonia atau radang paru merupakan satu dari dua penyebab utama kematian pada balita.
Dan Indonesia adalah negara menduduki peringkat ke 5 dunia kematian balita akibat pneumonia.
Dalam diskusi media, yang bertajuk “Menebar Aksi Melawan Pneumonia” yang diadakan oleh Jurnalis Sahabat Anak (JSA) yang bekerja sama dengan Unicef dan Pfizer di Hotel Kampi, Surabaya, Rabu (28/9) itu mencatat bahwa 15 persen dari angka kematian balita akibat pnemonia secara nasional diduduki oleh Jatim.
Baca Juga: Jauh-jauh ke Singapura untuk Vaksinasi Nastusha, Glenn Alinskie-Chelsea Olivia Beberkan 3 Alasannya!
Diskusi tersebut menghadirkan pembicara : Dr. dr. Dominicus Husada, SpA(K), dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr.dr. Muhammad Attoillah Isfandiari, M.Kes, (pakar eipidomologi FKM Unair), Arie Rukmantara, (Kepala perwakilan Unicef pulau Jawa), serta dr. Kohar Hari Santoso, SpAn, KIC,KAP, (Kadinkes Jatim).
Dokter Atoillah, dalam paparannya menjelaskan data tahun 2016 kematian balita dunia akibat pneumonia sebanyak 16 persen dari 5,6 juta.
“Jadi, di tahun tersebut kalau di rata-rata per hari ada 2.400 balita di dunia ini meninggal akibat pneumonia,” kata dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga tersebut.
Padahal pneumonia sendiri bukanlah jenis penyakit tetapi sampai saat ini angka kematian yang disebabkan karena penyakit tersebut masih tinggi.
Pneumonia sudah ada sejak abad ke-4 SM kemudian oleh Hippocrates, yang merupakan bapak kedokteran dunia sekaligus dokter pertama yang mempelajari tentang penumonia.
Banyak variabel yang menjadi penyebab munculnya pneumonia pada balita.
Selain kurangnya vaksinasi, juga disebabkan terjadi kontak langsung antara penderita dengan balita, pemberian ASI yang kurang cukup, gizi yang kurang bagus, terpapar asap rokok, status sosial ekonomi, serta sirkulasi udatra dalam ruangan kurang bagus.
Sementara dr. Kohar, dalam penjelasannya mengungkapkan bahwa 74 persen kematian bayi di Jatim tersebut akibat pneumonia baru selebihynya menjadi penyebab kematian pada orang diatas usia 50 tahun.
Munculnya pneumonia lanjut Kohar, selain sanitasi yang kurang memadai juga tentang imunisasi. “Balita yang tidak diimunasai menjadi penyumbang terbesar kematian akibat pnemumonia,” paparnya.
Secara teori balita adalah makhluk yang ketahanan tubuhnya masih rendah sehingga berbagai jenis penyakit mudah masuk. Karena itu untuk menghalau agar bayi lebih tahan terhadap berbagai jenis penyakit maka tubuhnya dibentengi dengan imunisasi.
“Karena itu imunisasi tidak bisa ditawar lagi,” imbuh Kohar bahwa salah satu ciri dari balita terkena pneumonia diawali dengan sesak napas dan demam.
Karena itu Kohar yang ia lakukan secara terus menerus Bersama jajarannya adalah memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya imunisasi.
“Memang habis divaksin anak agak sedikti panas. Dan itu wajar, tetapi setelah itu kembali sehat,” tegasnya.
Sementara penjelasan cukup panjang diberikan oleh dr. Dominicus Husada, SpA(K).
Menurutnya, kematian balita saat ini rata-rata karena dua penyakit kalau tidak pneumonia atau diare.
“Dua jenis sakit ini saling berkejar-kejaran. Istilahnya mirip antara Jokowi dengan Prabowo,” katanya disambut tawa para peserta diskusi yang semuannya adalah para awak media.
Karena itu kalau pneumonia ini bisa ditanggulangi dengan baik, maka dengan sendirinya kematian pada balita akan mengalami penurunan.
Caranya dengan melakukan pencegahan sejak dini.
Baca Juga: Tak Hanya Imbau Para Wanita, Yuki Kato Juga Sarankan Kaum Pria untuk Lakukan Vaksin HPV
Salah satu yang seharusnya menjadi prioritas pemerintah yakni menjadikan vaksin pneumonia menjadi vaksin wajib bagi bayi baru lahir selain sembilan vaksin yang sudah ada.
“Kalau vaksin tersebut diberikan saya yakin, kematian balita akan berkurang sepertiga bahkan sampai setengah dari yang ada sekarang,” paparnya.
Memang lanjut Dominicus, program pencegahan itu tidak seksi sehingga tidak menjadi program utama.
“Makanya saya berharap ada seseorang yang bisa membisiki Pak Jokowi, agar vaksin pneumonia dijadikan vaksin wajib bagi bayi,” pintanya.
Gandhi
Viral, Pembeli Curhat Disuruh Bayar Biaya Pakai Sendok dan Garpu Saat Makan di Warung Mie Ayam, Nota Ini Jadi Buktinya