Laporan Wartawan Grid.ID, Arif Budhi Suryanto
Grid.ID - Hari ini, 5 September, tepat 14 tahun kejadian nahas yang menewaskan 149 orang terjadi di kota Medan, tepatnya di jalan Jamin Ginting, kawasan Padang Bulan.
Menurut berita harian Kompas, pada Senin pagi, 5 September 2005, Pesawat Mandala Air dengan nomor penerbangan RI-091 dengan tujuan Medan-Jakarta mengalami kecelakaan sesaat setelah lepas landas dari Bandara Polonia.
Pesawat jenis Boeing 737-200 tersebut gagal takeoff dari bandara Polonia Medan dan akhirnya jatuh.
"Awalnya terdengar deru keras pesawat. Hanya sesaat, tiba-tiba terdengar ledakan keras dari arah bandara," ujar salah satu warga yang berada di sekitar lokasi saat kejadian berlangsung.
"Belum sempat berpikir apa yang terjadi, saya melihat badan pesawat Mandala yang dibalut bunga api meluncur deras tak karuan dari arah landasan dan jatuh persis di sisi kanan jalur Jalan Jamin Ginting," paparnya.
Dia melanjutkan, serpihan pesawat itu beterbangan ke mana-mana disertai dengan bunga api.
Akibatnya, warga di sekitar tempat kejadian pun turut menjadi korban.
Tercatat dari 149 orang korban terdapat 50 orang yang merupakan warga sekitar jalan jamin Ginting, atau sekitar 100 meter dari Pasar Pagi Padang Bulan.
Bahkan di antara para penumpang tercatat ada Gubernur Sumatera Utara yang kala itu menjabat, Tengku Rizal Nurdin, yang juga turut menjadi korban.
Seperti yang diketahui, Tengku Rizal awalnya akan menghadiri rapat para gubernur dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Selain itu tercatat pula dua anggota Dewan Perwakilan Daerah Sumut, Abdul Halim Harahap dan Raja Inal Siregar yang juga mantan Gubernur Sumatera Utara periode tahun 1988-1998 menjadi korban pada kecelakaan nahas itu.
Kronologi Kejadian
Seperti dilansir dari Tribunnews, pesawat dengan tujuan Medan-Jakarta itu diketahui mengalami gagal takeoff meski awalnya roda pesawat sempat meninggalkan aspal runway sejenak.
Pesawat itu kemudian kehilangan daya angkut dan jatuh kembali ke landasan.
Kemudian pesawat itu terus melaju hingga keluar ujung landasan dan menabrak belasan rumah di sepanjang jalur ujung luar runway.
Pesawat itu dapat berhenti setelah menabrak tiang listrik di Jalan Jamin Ginting dan meledak sehingga badan pesawat terbelah menjadi dua.
Bagian ekor pesawat tertahan di tiang listrik, sementara bagian depannya terus melaju dan menghantam lima rumah di depannya.
Baca Juga: Melompat Terlalu Tinggi, Punggung Bocah 12 Tahun Ini Tertusuk Pegas Trampolin Saat Mendarat
Awalnya diberitakan kecelakaan itu dipicu oleh berat pesawat yang terlampau berat karena mengangkut kargo durian.
Memang benar ditemukan kargo durian di reruntuhan puing badan pesawat, namun ternyata bukan itu penyebabnya.
Berdasarkan penyelidikan KNKT, kargo dan CG (center of gravity) pesawat tidak memiliki andil dalam gagalnya Mandala RI-091 ini gagal takeoff.
Menurut pihaknya, penyebab utama dari kecelakaan RI91 adalah flaps dan slats pesawat yang tidak menjulur keluar, dan kru (pilot dan kopilot) tidak mengetahuinya akibat kerusakan teknis yang juga tidak disadari oleh kru pesawat.
Flaps adalah sirip tambahan di sayap pesawat. Sementara slats berada di pinggiran depan sayap.
Tapi sepertinya stigma durian sebagai penyebab kecelakaan Mandala RI-091 sudah melekat erat di benak masyarakat.
Terbukti pada November 2018 lalu, muncul unggahan Facebook seorang penumpang pesawat Sriwijaya Air yang komplain terkait bau durian di kargo pesawatnya.
"Mas...ini bau durennya parah bgt, 1 jam lho kita nyium bau beginian nanti di atas. Trus km tau gak kecelakaan peswat mandala yg gagal take off di Medan???" demikian komplain tersebut.
(*)
Viral, Pernikahan Ini Sajikan Menu Mie Instan untuk Undangan yang Datang padahal Tajir, Tamu: Kami Juga Bawa Bekal Sendiri
Source | : | Kompas.com,Tribunnews.com |
Penulis | : | Arif Budhi Suryanto |
Editor | : | Ayu Wulansari Kushandoyo Putri |