Laporan Wartawan Grid.ID, Novia Tri Astuti
Grid.ID - Seksisme adalah diskriminasi terhadap jenis kelamin.
Seksisme juga dapat merujuk pada semua sistem diferensiasi pada seks individu.
Selain itu seksisme juga dapat merujuk pada kepercayaan atau sikap yang berbeda terhadap seseorang.
Melansir kabar dari Independent pada Selasa (10/9/2019), seksisme tiga kali lebih sering dialami wanita.
Para peneliti dari University College London (UCL), baru-baru ini melakukan penyidikan terhadap hubungan antara pengalaman seorang wanita dengan seksisme dalam kesejahteraan mereka.
Tim penelitian ini telah menganalisis data dari 2.956 wanita berusia 16 tahun ke atas untuk dilakukan penelitian.
Penelitian tersebut dilakukan pada Studi Longitudinal Rumah Tangga di Inggris pada tahun 2009 dan 2010.
Survei memberikan pernyataan apakah mereka merasa tidak aman, ketika dipanggil dengan sebutan, diancam atau bahkan diserang secara fisik dalam berbagai situasi selama satu tahun terakhir.
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Health Psychologi, para wanita mengaku memdapatkan diskriminasi karena jenis kelamin.
Penelitian menunjukkan 26 persen wanita melaporkan mengalami diskriminasi tersebut setelah mengalami tekanan psikologi.
Sementara itu hanya ada seperlima dari perempuan dalam survei mengatakan, mereka telah melaporkan adanya diskriminasi jenis kelamin.
Baca Juga: Pertama Kali Datang ke Indonesia, Jisung NCT Dream Terkejut Lihat Pemandangan Kota Jakarta!
Dr Ruth Hackett, dari Institut Epidemiologi dan Perawatan Kesehatan di UCL bersama penulis utama studi ini mengatakan bahwa Inggris perlu mengejar ketinggalan penelitian ini dengan negara-negara Eropa lainnya.
"Kami menemukan bahwa wanita yang melaporkan diskriminasi seks dianggap lebih mungkin mengalami depresi dan memiliki tekanan psikologis yang lebih besar," ujar Dr. Hackett.
"Seksisme dapat berfungsi sebagai penghalang bagi gaya hidup sehat yang meningkatkan kesejahteraan mental," tambah Dr. Hackett.
"Paparan berulang terhadap stres juga dapat menyebabkan gangguan proses biologis normal," jelas Dr Hackett.
Baca Juga: Belum Minat Cari Istri Baru, Nicky Tirta Cari Pelarian ke Masak
Penulis mengatakan temuan ini sangat memprihatinkan.
"Ini sangat memprihatinkan, karena mereka menyarankan dampak abadi dari pengalaman diskriminasi jenis kelamin pada kesehatan mental dan kesejahteraan," Ujar peneliti.
Mereka juga menggarisbawahi pentingnya mengatasi seksisme tidak hanya sebagai masalah moral.
Tapi juga sebagai masalah yang mungkin memiliki warisan abadi pada kesehatan mental penderitanya. (*)
Larang Ayah Rozak Jadi Calon Wali Kota Depok, Ayu Ting Ting Ngaku Tolak Tawaran Terjun ke Dunia Politik, Ternyata ini Alasannya
Source | : | independent.co.uk |
Penulis | : | Novia |
Editor | : | Nurul Nareswari |