Grid.ID – Kisah Ryan Jombang menjadi salah satu kasus pembunuhan sadis yang terkenal di Indonesia.
Ada juga kisah pembunuh Robot Gedek yang memutilasi 12 orang anak di bawah umur setelah sebelumnya disodomi.
Namun sosok pembunuh berantai paling sadis di Indonesia disandang oleh Ahmad Suradji yang telah beraksi selama 11 tahun.
Baca Juga: Beruntung, Petani ini Cari Palu yang Hilang Justru Temukan 200 Benda Emas Bernilai Rp53 Miliar
Kasus pembunuhan berantai Ryan Jagal Jombang pada 2008 silam sangat terkenal di Indonesia.
Very Idham Henyansyah alias Rian Jombang membunuh dan memutilasi 11 korbannya dan sebagian jasad mereka dikubur dikolam belakang rumahnya.
Sebelum itu publik tanah air sempat dibuat heboh juga pada tahun 1996 ketika Siswanto alias Robot Gedek membunuh dan memutilasi 12 orang anak dibawah umur yang sebelumnya disodomi oleh si Robot Gedek.
Sekarang Robot Gedek dan Ryan Jagal Jombang dicap sebagai pembunuh paling kejam di Indonesia.
Baca Juga: Dulu Jadi Wilayah Miskin, Negara ini Diprediksi Mendadak Menjadi Kaya Setelah Temukan Ladang Minyak
Namun sebelum 'era' mereka berdua ada satu orang pembunuh berantai yang dinobatkan benar-benar bengis di Indonesia, yakni Ahmad Suradji.
Namanya terdengar asing ditelinga masyarakat Indonesia.
Ahmad Suradji lahir 10 Januari 1949, Deli Serdang, Sumatera Utara.
Baca Juga: Mobilnya Ditabrak Driver Ojol, Asisten Pribadi Olla Ramlan Ungkap Perlakuan Sang Artis
Nama aslinya ialah Nasib dan kerap dipanggil Nasib Kelewang karena sering mencuri Lembu menggunakan Kelewang hingga akhirnya dipenjara.
Ketika bebas dari penjara baru Nasib menyandang nama Ahmad Suradji.
Dirinya kemudian mendapat julukkan baru 'Datuk' setelah ia menikahi tiga wanita kakak beradik kandung dan tinggal serumah dengan mereka hingga dikaruniai sembilan orang anak.
Kegilaannya dimulai pada tahun 1986.
Suatu malam saat Suradji tidur ia bermimpi didatangi mendiang ayahnya.
Dalam mimpi tersebut ayahnya yang dulu berprofesi sebagai dukun mewariskan sebuah ilmu sakti kepadanya.
Baca Juga: Ketahui Tips Memilih Popok untuk Bayi Baru Lahir, yang Bagus Nggak Selalu Mahal!
Namun ada syarat untuk menguasai ilmu ini.
Suradji harus menumbalkan 72 nyawa wanita.
Bukan hanya itu, ia juga harus melakukan ritual meminum air liur korbannya yang hendak ditumbalkan.
Suradji yang sejak usia 12 tahun sangat terobsesi dengan ilmu perdukunan kemudian menggunakan kedok sebagai Dukun AS (Ahmad Suradji) untuk mempermulus aksinya.
Suradji kemudian segera melaksanakan syarat tersebut walau awalnya bimbang.
Satu persatu wanita ditumbalkan oleh Suradji, dibunuh secara keji.
Cara membunuhnya pun beragam tapi yang pasti ia selalu melakukan ritual menjijikkan sebelum menghabisi nyawa korbannya dengan meminum air liur dan mempreteli harta benda mereka.
Sebelas tahun sudah Suradji melakukan kegilaan biadab itu dan berhasil menyembunyikan segala perbuatannya dari masyarakat maupun pihak berwajib.
Hingga akhirnya tibalah suatu sore di tanggal 27 April 1997.
Desa Sei Semayang, Deli Serdang tempat Suradji tinggal mendadak gempar ketika ditemukan sosok mayat wanita tanpa busana di kebun tebu.
Warga kemudian berbondong-bondong datang untuk melihat mayat siapakah itu.
Keadaan semakin memanas ketika ada seorang wanita desa bernama Sri Kemala Dewi (21) hilang sejak tiga hari terakhir.
Baca Juga: Foto Terakhir Istri Menpora di Medsos, Sempat Ingin Tambah Anak Sebelum Suaminya Jadi Tersangka
Benar saja, ternyata mayat itu adalah Sri Dewi.
Mendapati kasus tersebut, Kepolisian Mapolsek Sunggal segera menerjunkan para aparatnya untuk mengendus apa, siapa dan bagaimana mayat Dewi bisa sampai disitu.
Sebelum menghilang Dewi sempat dikabarkan bertengkar dengan suaminya, Tumin.
Orang tua Dewi dan warga menuding Tumin pelaku pembunuhan istrinya sendiri.
Polisi lantas menahan sementara Tumin untuk dimintai keterangan.
Polisi tidak serta merta langsung menetapkan Tumin sebagai tersangaka dan masih melakukan penyelidikan karena beberapa tahun sebelumnya pernah ditemukan juga mayat wanita di ladang tebu.
Baca Juga: Akui Pernah Diperkosa Makhluk Halus, DJ Bebby Fey: Gue Nikmatin Aja!
Kasus sempat dihentikan karena tidak adanya bukti kuat.
Akan tetapi secercah titik terang datang ketika seorang warga desa bernama Andreas berujar dirinya mengantarkan Dewi ke rumah dukun Ahmad Suradji untuk berkonsultasi dihari menghilangnya wanita itu.
Polisi kemudian menindaklanjuti laporan itu dan mendatangi rumah Suradji untuk menanyainya perihal Dewi.
Suradji mengakui bahwa Dewi memang datang ke rumahnya untuk berkonsultasi dan selepas maghrib wanita itu pulang ke rumahnya.
Tak cukup bukti untuk menangkap Suradji, kasus dihentikan.
Polisi tak menyerah, satu persatu laporan orang hilang mereka dalami beberapa tahun terakhir.
Nyatanya banyak orang dilaporkan hilang yang kebanyakan pasien Suradji.
Tak tunggu waktu lama polisi langsung menggerebek dan menggeldah rumah Suradji.
Disana mereka menemukan pakaian dan perhiasan wanita yang salah satunya milik Dewi.
Suradji dan ketiga istrinya kemudian dibekuk untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Lewat proses interogasi panjang, Suradji mengaku dirinya memang membunuh Dewi, didesak lagi oleh polisi ia mengakui sudah membunuh 16 wanita, didesak lagi Suradji berujar dia sudah menghabisi nyawa 42 orang wanita!
Baca Juga: Tetap Karismatik di Usia 53 Tahun, 5 Makanan ini Jadi Rahasia Awet Muda Shah Rukh Khan
Dalam aksi koboinya membunuhi para wanita itu, Suradji dibantu oleh salah satu istrinya yang bernama Tumini.
Dalam pengadilan, Suradji dijatuhi vonis hukuman mati dan Tumini divonis penjara seumur hidup.
10 Juli 2008 pukul 22.00, eksekusi mati dilakukan oleh pihak berwenang.
Tiga buah peluru dilesakkan ke dada Suradji, mengakhiri riwayat pembunuh paling bengis di Indonesia itu. (*)
(Seto Aji/Grid.ID)
Korban Aniaya Chandrika Chika Diperiksa Polisi sambil Kesakitan, Bingung Tiba-tiba Dihajar sampai Patah Tulang, Nggak Kenal!
Source | : | Grid.ID |
Penulis | : | None |
Editor | : | Ulfa Lutfia Hidayati |