Grid.ID - Memiliki gelar doktor di usia muda mungkin bukan hal yang bisa dicapai dengan mudah oleh semua orang, apalagi untuk melanjutkan karier sebagai dosen dan peneliti.
Kedua profesi tersebut memang membutuhkan kualifikasi minimal, seperti gelar master, keterampilan mengajar, serta memiliki kemampuan 4C (critical thinking, creativity, communication, collaboration).
Namun, dengan karakteristik generasi millennial yang ingin serba instan, cita-cita menjadi akademisi agaknya kurang populer di kalangan remaja.
Kenyataannya, berdasarkan data Sistem Informasi Sumber Daya Terintegrasi (SISTer) Kemenristekdikti per Oktober 2019, ada sekitar 104.470 dosen muda (usia di bawah 40 tahun) dari total 253.214 dosen di Indonesia. Jumlah tersebut tentu masih kurang, mengingat kemajuan teknologi yang sangat pesat.
Padahal, dosen millennial dinilai lebih cepat beradaptasi ketimbang dosen dari generasi sebelumnya (generasi X dan baby boomers).
Untuk menarik minat generasi millennial terhadap profesi akademisi, Direktorat Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti sejak tahun 2013 telah membuka beasiswa Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU).
Beasiswa ini diperuntukkan bagi para fresh graduate yang usianya masih di bawah 24 tahun.
Dengan program beasiswa berdurasi empat tahun ini, penerima PMDSU tidak hanya mendapat gelar master (S2), tetapi juga sekaligus gelar Doktor (S3).
Tidak usah khawatir soal stres karena tugas dan perkuliahan. Ada banyak hal dan pengalaman seru yang akan didapatkan ketika menjalani pendidikan beasiswa PMDSU.
Salah satu yang paling menarik adalah jalan-jalan ke luar negeri dan melakukan penelitian bersama ilmuwan kelas dunia. Perjalanan ini bisa dilakukan cukup lama, bahkan berpindah dari satu negara ke negara lainnya.
Kegiatannya pun tidak hanya penelitian, tetapi juga mengikuti konferensi ilmiah internasional bersama mahasiswa dari berbagai negara.
Selain itu, para mahasiswa PMDSU pun berpeluang untuk menjadi influencer bagi teman-teman sebayanya. Prestasi yang mereka peroleh mampu menjadi motivasi bagi generasi muda Indonesia untuk terus berpikir kreatif dan berinovasi untuk mengharumkan nama bangsa.
Tak hanya itu, lulusan PMDSU yang kelak berkarier sebagai pendidik juga dinilai memiliki tujuan mulia, yakni terus mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dan melahirkan bibit-bibit unggul masa depan.
Saat ini, pemerintah pun sedang membutuhkan dosen berkualifikasi doktor untuk pembangunan SDM nasional. Alhasil, lulusan PMDSU akan menjadi angin segar bagi peningkatan kualitas pendidikan tinggi Indonesia.
Sejumlah alumni PMDSU pun kini sudah menjadi dosen tetap di berbagai perguruan tinggi terbaik dalam negeri. Sebut saja Grandprix Thomryes Marth Kadja dari PMDSU Batch I yang lulus tahun 2017 lalu.
Dosen asal Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini dinobatkan menjadi doktor termuda di 24 tahun dan telah menjadi dosen PNS di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Selain itu, ada pula sejumlah alumni yang kini telah menjadi akademisi yang sukses, misalnya Dr. Mada Triandala Sibero.
Alumni PMDSU dari Departemen Manajemen Sumberdaya Pantai, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro ini mampu menghasilkan 17 publikasi selama empat tahun masa studinya.
Dia juga berhasil memperoleh Postdoctoral Grant dari Toyama Prefectural University, Jepang (November 2019-Januari 2020) dan Best Presenter pada gelaran The 21st Tri University Joint Symposium Chiang Mai University, Thailand dengan judul “Biopigment of marine fungi and their potential as photo protector” (2014).
Dua alumni Departemen Ilmu Pertanian lainnya pun menorehkan prestasi yang gemilang. Dr Kartika (Universitas Sriwijaya) ditargetkan menghasilkan dua publikasi selama studi, namun menghasilkan 13 publikasi.
Selain itu, Dr. Mochamad Asrofi (Universitas Andalas) yang dijuluki “Doktor Plastik” juga telah menghasilkan 13 publikasi.
Sementara itu di rumpun ilmu sains, Dr. Agung Setia Batu Bara (Universitas Syiah Kuala)sudah menghasilkan 27 publikasi dan Dr Herlina Rasyid (Universitas Gadjah Mada) lulus tepat waktu dengan lima publikasi.
Dari Universitas Sumatera Utara (USU), Dr. Martha Riana menghasilkan dua paten sederhana berjudul Metode Pembuatan Serbuk Barium Heksaferit Dari Pasir Besi Alam dan Sistem Dan Alat Konduktivitas Termal Fluida (Cairan).
Dr. M. Eka Prastya, alumni PMDSU Program Studi Mikrobiologi, Departemen Biologi Intitut Pertanian Bogor (IPB) lulus tepat waktu dengan menghasilkan empat publikasi.
Dengan kerja kerasnya, Dr. Ni Lih Ayu Megasari pun berhasil lulus tepat waktu dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga dengan fokus penelitian bidang penyakit infeksi, khususnya terkait infeksi HIV.
Alumni PMDSU dari Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Indonesia Dr. Nyayu Aisyah pun telah menghasilkan 14 publikasi.
Ia juga pernah memperoleh penghargaan sebagai Presenter Terbaik pada Konferensi 9th Internasional Meeting on Advance in Thermofluid (IMAT) 2017 di Universitas Teknologi Malaysia. Dr. Rendra Panca Anugraha, alumni PMDSU Departemen Teknik Kimia, Fakultas Sains, Institut Teknologi Sepuluh Nopember juga berhasil menghasilkan empat publikasi.
Kimberly Ryder Klarifikasi soal Lemari Plastik yang Jadi Omongan Netizen, Ada Sejarah Miris di Baliknya
Penulis | : | |
Editor | : | Gridaidi |