Secara teknis, dalam terapi ESWL, pasien dibaringkan pada posisi terlentang atau tengkurap sesuai dimana posisi batu ginjal saat itu berada.
Persis di pinggang atau dibalik ginjal atau saluran ureter yang terdapat batu ginjal ditempeli balon yang menjadi bagian perangkat ESWL. Dari balon inilah gelombang udara yang sudah dimampatkan keluar.
Sementara untuk mengetahui posisi letak batu ginjal dokter sebagai operator melihatnya dari USG atau x-ray.
“Begitu posisi balon dengan batu ginjal sudah presisi baru alat ESWL dijalankan, dan selama satu jama sekitar 3.000 kali gelombang kejut ditembakkan,” kata Bobby menguraikan.
Demikian pula untuk mengetahui batu tersebut sudah hancur atau belum dokter akan melihat dari USG atau x-ray,
“Untuk batu yang berukuran satu centimeter kebawah hampir pasti cukup sekali tetapi, tapi jika sudah mencapai dua centimeter maka harus dua kali tindakan agar batu ginjal tersebut benar-benar hancur.”
GENETIK DAN POLA HIDUP
Kendati demikian tidak semua batu ginjal bisa ditembak menggunakan ESWL. Ada syarat tertentu yang tidak bisa dilakukan diantaranya: Pertama besar batu ginjal yang ada di dalam ginjal melebihi dua centimeter.
“Kalau lebih dari dua centimeter harus dengan cara lain,” kata Bobby sambil menambahkan bahwa dengan ESWL selain lebih praktis secara biaya juga sangat terjangkau.
Kedua, keberadaan batu tersebut di dalam sampai menimbulkan infeksi bahkan bernanah akibat terjadi penyumbatan pada ureter.
“Pasien yang demikian tidak bisa diterapi menggunakan ESWL, sebab di dalam batu ginjal sering mengandung bakteri.
Dikhawatirkan, ketika batu berhasil dipecahkan oleh ESWL maka bakteri justru akan menyebar di daerah sekitar yang menyebabkan infeksi sekaligus makin menyumbat di ureter,” kata dr. Bobby.
Viral Rumah Dijual Rp 27 Juta di Yogyakarta, Kondisinya Horor dan Bikin Merinding, Akan Dibeli Joko Anwar?