Laporan Wartawan Grid.ID, Arif Budhi Suryanto
Grid.ID - Kasus pembunuhan menghebohkan masyarakat Jember beberapa waktu terakhir.
Fani Amalia Herniati (24) ditemukan tewas di rumahnya di Perumahan Karyawan Afdeling Dampar Kebun Mumbul, Desa Kawangrejo, Kecamatan Mumbulsari, Jember, Jawa Timur.
Saat ditemukan, kondisi Fani sungguh mengenaskan dengan pisau sudah menancap di perut kirinya sedalam 26 sentimeter hingga menembus kasur yang ditidurinya.
Melansir dari laman Surya.co.id, kejadian nahas ini terjadi pada Minggu (27/10/2019) sekitar pukul 07.45 WIB.
Tak butuh waktu lama, kasus ini pun segera diungkap polisi 12 jam setelah penemuan jasad Fani.
Dari hasil pemeriksaan polisi, Fani diduga sebagai korban pembunuhan dengan pelakunya sendiri adalah suami korban, Rendi Setiawan (28).
Baca Juga: Karakter Jeng Kelin Cukup Melekat dalam Ingatan Masyarakat, Nycta Gina Malah Cemburu!
Hal ini disimpulkan polisi karena curiga mendapati kejanggalan-kejanggalan antara kesaksian sang suami dengan hasil olah tempat kejadian perkara.
Korban Pembunuhan
Kapolres Jember AKBP Alfian Nurrizal membeberkan kenapa pihaknya menyebut kasus ini sebagai kasus pembunuhan dengan pelaku adalah suami korban sendiri.
Menurut keterangannya itu, kecurigaannya bermula ketika melakukan olah tempat kejadian perkara di kamar korban.
Melansir dari laman Tribun Jakarta, kecurigaan pertama adalah kedalaman pisau yang menancam di perut Fani.
Karena secara logika, kalau penyebab kematian Fani adalah bunuh diri maka ketika dia menghunuskan pisau ke perutnya sendiri akan sudah sangat kesakitan ketika mencapai kedalaman 5 hingga 10 sentimeter.
"Kalau orang menusuk dirinya sendiri, dalam kedalaman tusukan 5 hingga 10 sentimeter saja pasti sudah kesakitan, dan tangan akan terlepas dari pisau," kata Alfian.
Sedangkan kedalaman tusukan di perut Fani mencapai 26 sentimeter dan bahkan hingga menembus tubuh belakang Fani hingga menyentuh kasur.
Di situlah polisi mulai menduga Fani ditusuk oleh seseorang.
Boneka Beruang sebagai Petunjuk
Kecurigaan polisi bertambah dengan adanya boneka beruang berwarna biru yang ditemukan menutupi pisau yang menancap di perut kiri Fani.
Selain itu polisi juga mencurigai tidak ada kerusakan apapun di rumah Fani dan Rendi.
Bahkan pintu rumah mereka masih dalam keadaan terkunci.
Kesaksian Palsu
Saat itu yang menemukan jasad Fani pertama kali adalah bibi dan adik dari suami Fani.
Mereka berdua pun mendatangi kediaman Fani atas perintah Rendi yang mengaku panik karena istrinya itu tidak dapat dihubungi.
Rendi yang saat itu sedang berada di luar rumah mengabari adiknya, Renda, dan bibinya, Sri Hartatik, supaya mendatangi rumahnya.
Kepada Renda, Rendi memberitahu jika kunci rumahnya ada jadi satu ikatan dengan kunci sepeda motor yang kala itu masih tertancap di sepeda motor.
Baca Juga: Sempat Memutuskan Berhenti dari Dunia Hiburan, Ifan Seventeen Bakal Bermusik Lagi?
Motornya itu pun dia tinggalkan di rumah orangtuanya di Dusun Tempuran, Desa Kawangrejo, Kecamatan Mumbulsari.
Sri dan Renda pun kemudian masuk ke dalam kamar Fani. Awalnya mereka mengira Fani sedang terbaring tidur dengan sebuah boneka beruang biru berada di atasnya.
Namun, saat dibukanya boneka itu, kaget bukan kepalang mereka ketika mendapati ada pisau yang menancap di perut Fani hingga mengakibatkan tubuhnya bersimbah darah.
Pelaku adalah sang Suami
Rendi yang mengaku sedang berada di Gebang saat kejadian itu berlangsung menuturkan kalau dirinya sedang mengantarkan paketan dan berniat untuk mampir ke apotik untuk membelikan obat titipan istrinya.
Rendi pun sempat mengarang cerita kalau dirinya panik saat tidak dapat menghubungi istrinya itu.
Namun akhirnya kepada polisi, Rendi pun mengaku juga telah membunuh sitrinya itu.
"Kalau menurut pengakuan tersangka R (Rendi), dia melakukan perbuatannya secara spontan. Dia merasa kecewa karena merasa tidak dihargai sebagai seorang suami. Istrinya tidak pernah cerita jika memiliki persoalan. Juga ada persoalan ekonomi. Hal itu memicu sakit hati sehingga dia melakukan perbuatan itu secara spontan," lanjut Alfian.
Baca Juga: Ifan Seventeen dan Juliana Mochtar Angkat Bicara Soal Konflik di Antara Keduanya
Dari informasi yang dihimpun, rumah tangga keduanya memang sedang mengalami masalah sejak bulan kelima.
Disebut persoalan dalam rumah tangga mereka berdua dipucu oleh sikap tertutupnya sang istri.
Disebut-sebut, Fani adalah sosok istri yang tertutup dan tidak mau menceritakan masalah apapun ke istrinya, termasuk juga kemana larinya uang bulanan yang diberikan Rendi kepadanya.
"Faktor kecewa karena merasa tidak dihargai sebagai seorang suami, juga ada persoalan ekonomi yang itu membuat pelaku sakit hati," ujar Alfian.
"Kadang kala saat pelaku meminta uang gaji yang sudah diberikan, korban menjawab uang tersebut sudah habis. Ini yang membuat pelaku kecewa dan merasa tidak dihormati sebagai seorang suami. Penusukan itu dilakukan secara spontan. Pisau penghabisan yang dipakai pelaku adalah pisau miliknya sendiri,"
Rendi menusuk sang istri pada Minggu (27/10/2019) sekitar pukul 04.30 Wib ketika sang istri menemaninya tidur di kamar depan rumah Pasutri itu.
Sempat Melihat Album Pernikahan
Rendi yang bekerja sebagai penjaga malam di Afdeling Dampar itu sebenarnya sedang bekerja pada Minggu dini hari namun pamitan kepada rekannya untuk pulang lebih dulu pada pukul 03.00 WIB.
Saat itu, Rendi beralasan ingin menengok istrinya yang sedang sakit.
Sampai di rumah, Rendi mengaku sempat melihat album pernikahannya dengan sang istri sebelum melancarkan aksi bengisnya itu.
Sekitar pukul 04.30 Wib, saat istrinya menemaninya tiduran di kasur, Rendi tiba-tiba saja mengambil pisau yang ada di kamar tersebut.
Dia menusukkan pisau itu ke perut sang istri, sambil membekap mulut istrinya dengan bantal.
Akibat perbuatannya, Rendi terjerat dengan UU Kekerasan Dalam Rumah Tangga No 23 Tahun 2004 Pasal 44 Ayat 3 dengan ancaman kurungan 15 tahun penjara.
Dia pun juga terkena Pasal 338 KUHP dengan ancaman kurungan penjara sama lamanya.
(*)
Chandrika Chika Belum Minta Maaf Usai Diduga Aniaya Yuliana Byun, Sang Ayah Datangi Korban
Source | : | Tribun Jakarta,surabaya.tribunews.com |
Penulis | : | Arif Budhi Suryanto |
Editor | : | Nurul Nareswari |