Grid.ID - Di Indonesia, pembalut mungkin menjadi barang yang mudah ditemui dan mudah dibeli di mana-mana.
Tapi berbeda dengan wanita yang tinggal di perkampungan kumuh Kibera, Nairobi yang harus bersusah payah untuk mendapatkan pembalut.
Bahkan menurut penelitian UNICEF menemukan 10% remaja putri mengaku terpaksa melakukan hubungan seks demi mendapatkan pembalut di Kenya Barat.
Andrew Trevett, kepala Air, Sanitasi, dan Kebersihan UNICEF Kenya mengatakan bahwa tidak jarang anak-anak perempuan dilecehkan secara seksual sebagai ganti barang-barang saniter tersebut.
"Kami memiliki ojek sepeda motor yang disebut boda boda. Gadis-gadis itu terlibat hubungan seks dengan pengemudinya sebagai ganti pembalut." kata Andrew.
Hal ini terjadi karena 2 alasan, yang pertama jelas karena kemiskinan dan yang kedua adalah masalah pasokan.
Baca Juga: Letakkan Sabun Batangan di Bawah Seprai Rasakan Manfaat ini Untuk Kesehatan Kaki
Karena kemiskinan, para perempuan di sana sampai tidak mampu membeli produk saniter termasuk pembalut.
Selain kemiskinan, pasokan barang juga masih menjadi masalah.
Barter seks dengan pembalut ini terjadi karena barang-barang saniter tidak tersedia di desa-desa.
Di pedesaan, transportasi masih sulit dan kalau pun ada, para perempuan akan kesulitan membayar ongkosnya.
Sedangkan di beberapa desa yang lebih terpencil, tidak ada layanan transportasi umum karena jalan pun tak ada.
Source | : | nakita.grid.id |
Penulis | : | None |
Editor | : | Ulfa Lutfia Hidayati |