Laporan Wartawan Grid.ID, Arif Budhi Suryanto
Grid.ID - Muhammad Akbar(19), mahasiswa Universitas Taman Siswa (Unitas) Palembang tewas saat mengikuti diksar Menwa pada 16 Oktober 2019 lalu.
Akbar tewas setelah mengalami pendarahan di kemaluan, kepala, dan dada akibat dari hantaman benda tumpul.
Luka-luka yang ada di tubuh Akbar adalah hasil penganiayaan yang dilakukan oleh ketiga seniornya yang berinisial R, IS, dan KI.
Baca Juga: Suami Tikam Istri Hingga Tewas karena Terlalu Mengidolakan Aktor Bollywood Hrithik Roshan
Dilansir dari Kompas.com, salah satu tersangka menendang kemaluan korban dari belakang saat korban hendak beraktivitas di pagi hari.
Akibatnya korban pun jatuh dan terguling di lapangan sambil memegang kemaluannya dengan ekspresi kesakitan.
Bahkan parahnya lagi, kaki korban diikat dengan tali tambang dan kayu dengan dalih untuk meluruskan kaki korban yang kram dan tidak bisa berjalan.
Melansir dari Sripoku, kondisi korban pun sempat membaik sebelum tiba-tiba kejang-kejang dan tubuhnya mengeras.
Korban pun langsung dibawa ke rumah sakit terdekat namun sayang nyawanya tidak dapat tertolong.
Korban pun sempat dimakamkan di TPU Kecamatan Borang, Palembang, sebelum akhirnya dibongkar kembali oleh tim forensik untuk dilakukan autopsi.
Faseta (46), ibu korban terlihat lemas selama menyaksikan makam anaknya dibongkar pada 22 Oktober 2019 lalu atau 4 hari sejak pemakamannya.
Sementara itu, reka adegan ulang kasus kekerasan kepada Akbar baru digelar pada Senin (11/11/2019) dengan menghadirkan 3 tersangka.
Reka adegan yang dilakukan di lokasi kejadian di Desa Tanjung baru, Kecamatan Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir itu disaksikan juga oleh keluarga korban.
Baca Juga: Terekam CCTV, Wajah Terduga Pelaku Bom Bunuh Diri di Mapolrestabes Medan Terungkap
Puluhan personel polisi yang berseragam maupun yang berpakaian sipil pun terlihat mengawal jalannya reka adegan yang dipimpin oleh Kapolres Ogan Ilir, AKBP Imam Tarmudi.
Sejumlah 52 adegan yang diringkas menjadi 26 adegan diperagakan dalam rekonstruksi mulai dari mulainya kegiatan Pra-Diksar hingga adegan yang diduga menjadi penyebab meninggalnya Akbar.
Dalam adegan demi adegan yang diperagakan, beberapa saksi mata yang berada di lokasi kejadian mengaku sempat melihat Akbar berteriak pada malam sebelum kejadian.
"Saya sempat menenangkan Akbar yang berteriak-teriak setelah mendapatkan materi. Ia teriak meluapkan emosinya dalam posisi terbaring," ungkap seorang saksi yang juga ketua Satuan Menwa Taman Siswa, Agustinus.
Namun dalam rekonstruksi yang berjalan sejak pukul 13.11 WIB hingga malam itu, seringkali terdapat perbedaan keterangan dari para saksi dan tersangka.
"Yang namanya rekonstruksi ini keterangan saksi, tentunya kita menghargai hak-hak tersangka. Tersangka bagaimana pun haknya, tentu ada keterangan yang berbeda," jelas Kasat Reskrim Polres Ogan Ilir, AKP Malik Fahrin.
"Dari ketengan itu kita buat 2, yaitu versi rekonstruksi dan tersangka. Dan dua-duanya akan kita ajukan," lanjutnya.
Sementara itu, ibunda korban, Fatesa tampak termangu saat menyaksikan rekonstruksi itu.
Sesekali ia hanya bisa meluapkan emosinya dengan melontarkan kata-kata demi kata-kata kepada ketiga tersangka saat adegan berlangsung.
Baca Juga: 3 Fakta Bom Bunuh Diri di Mapolrestabes Medan, Pelaku Gunakan Atribut Ojol Sebelum Beraksi
"Kejam sekali kalian, anak saya kalian perlakukan seperti itu," teriaknya dari garis pembatas.
Bahkan sesekali Fatesa tampak menitikkan air mata mengenang anak sulungnya yang tewas mengenaskan dalam acara diksar tersebut.
Namun demikian, dia tetap berusaha tegar dan menunggu hingga rekonstruksi rampung pada malam hari.
"Anak saya di sini untuk pendidikan, kenyataannya dia disiksa sampai seperti di rekonstruksi itu," ungkapnya kemudian.
Ia pun meminta kepada aparat untuk menegakkan hukum seadil-adilnya bagi siapapun yang telah dengan keji membunuh anaknya.
"Harapan saya kepada ketiga tersangka dihukum mati," ungkap Faseta.
(*)
Viral Peserta Indonesian Idol Punya Suara Unik Mirip Optimus Prime, Anang Hermansyah Langsung Ramal Begini
Source | : | Kompas.com,Sripoku |
Penulis | : | Arif Budhi Suryanto |
Editor | : | Ayu Wulansari Kushandoyo Putri |