Laporan Wartawan Grid.ID, Septiyanti Dwi Cahyani
Grid.ID - Setiap orang memiliki hak yang sama untuk membantu orang lain.
Kisah ini datang dari seorang mahasiswa bernama Adina Lichtman yang berasal dari Amerika Serikat.
Dilansir Grid.ID dari laman Reader's Digest, beberapa tahun yang lalu Adina Lichtman membagikan sandwich di jalan-jalan New York City.
Hal ini ia lakukan untuk membantu para tunawisma yang ada di sana.
Di tengah-tengah perjalanannya membagikan sandwich itu, ada seorang laki-laki yang menghampirinya untuk mengucapkan terima kasih.
Namun, ada cerita lain yang lebih menarik dari sini.
Selain mengucapkan terima kasih, laki-laki itu juga mengatakan bahwa sebenarnya yang lebih mereka butuhkan adalah sepasang kaus kaki.
Sejak malam itu, Lichtman pergi mendatangi satu per satu kamar teman-teman asramanya di New York University untuk menanyakan apakah mereka bersedia menyumbangkan satu pasang kaus kakinya untuk para penyandang tunawisma.
(BACA: Mulai dari Pengusaha Hingga Menjadi Menteri, Intip Kisah Perjalanan Susi Pudjiastuti di Sini yuk)
Malam itu, Lichtman mendapatkan 40 pasang kaus kaki dari teman-temannya di satu lantai.
Keesokan harinya, Lichtman dikejutkan dengan tumpukan kaus kaki di depan pintunya untuk disumbangkan kepada orang lain.
Kemudian, Lichtman secara resmi membentuk sebuah organisasi non profit bertajuk Knock-knock, Give a Sock (KKGS).
Melalui organisasi ini, sekarang ia bisa menyediakan lebih dari 350 Ribu pasang kaus kaki untuk para penyandang tunawisma di kota-kota dan negara bagian seluruh Amerika Serikat.
Selain kaus kaki, ada beberapa orang yang menyumbangkan pakaian.
Tindakan yang dilakukan Lichtman ini telah menginspirasi banyak orang.
Seperti seorang pria berusia 24 tahun yang rela meninggalkan pekerjaan lamanya dengan gaji 6 digit demi membantu para tunawisma.
Ada pula Carrish Warren, suami dari Jessica Alba yang menyumbangkan 250.000 pasang kaus kaki dari perusahaannya, Pair of Theives.
(BACA: Nadine Alexandra, Puteri Indonesia yang Memiliki Kepedulian Khusus Pada Orangutan)
Ia membantu Lichtman membawa kaus kaki ini ke sekolah-sekolah yang siswanya merupakan anak-anak yang tinggal di garis kemiskinan.
Ini adalah bukti bawah membantu sesama tidaklah membuktikan suatu tindakan yang besar dan harus mengeluarkan biaya yang besar.
Seperti yang dikatakan Lichtman bahwa semua mahasiswa pasti memiliki keinginan untuk membantu sesama.
Hanya saja, diperlukan seorang penggerak untuk merealisasikan keinginan tersebut. (*)
Penulis | : | Fahrisa Surya |
Editor | : | Fahrisa Surya |