Laporan Wartawan Grid.ID, Afif Khoirul Muttaqin
Grid.ID - Ketakutan akan dikubur hidup-hidup ternyata tak hanya menghantui masyarakat.
Dikubur hidup-hidup menjadi sebuah ketakutan setelah banyak pihak medis salah mendiagnosa pasiennya meninggal dunia di masa lalu.
Akhirnya pasien dikubur hidup-hidup meski nyawanya belum benar-benar tiada.
Di masa lalu, seorang penulis terkenal juga punya masalah ketakutan yang sama.
Akibatnya ketakutan ini berpengaruh pada pemberitaan yang menyebar ke seluruh dunia.
( BACA : Kejam! Paman Pengangguran Tega Perkosa Keponakannya Sebanyak 564 Kali)
Untuk mengatasi ketakutan itu, publik meminta agar sebuah arteri ditubuhnya diputuskan sebelum penguburan.
Hal ini mengacu pada pembuatan sertifikat kematian asli yang dikeluarkan oleh asosiasi untuk 'Pencegahan Pemakaman Prematur'.
Yakni dengan memastikan bahwa dia telah meninggal dunia sebelum dikuburkan.
( BACA : Setelah Mengendarai Mobil, Nonton Konser, Kini Wanita Arab Boleh Ikut Lari Maraton)
Setidaknya pihak yang tiada mampu mengklaim ganti rugi biaya jika dia terbangun di dalam peti matinya.
Salah satunya, penulis terkenal Hans Christian Andersen yang juga merasa sangat takut dikubur hidup-hidup.
Bahkan dirinya membuat sebuah kartu khusus untuk dibawanya kemana-mana.
Setiap kali Hans menginap di sebuah hotel, dia meletakkan sebuah kartu di atas meja rias.
Dalam kartunya dia menyatakan, "Saya tidak benar-benar mati."
Bahkan sebelum Andersen meninggal, dia meminta teman-temannya untuk memastikan bahwa pembuluh darahnya dipotong sebelum dikuburkan.(*)
Penulis | : | Linda Fitria |
Editor | : | Linda Fitria |