Grid.ID - Beberapa waktu lalu sempat muncul wacana bahwa Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim akan menghapus Ujian Nasional (UN).
Wacana penghapusan Ujian Nasional itu pun langsung menuai banyak pro dan kontra dari berbagai pihak.
Pernyataannya tentang Ujian Nasional menjadi ramai, Nadiem Makarim pun akhirnya memberikan klarifikasi.
Melansir laman Kompas.com, Nadiem menegaskan bahwa kata yang lebih tepat bukanlah menghapus UN, melainkan mengganti UN dengan sistem penilaian baru.
"Beberapa hal agar tidak ada mispersepsi, UN itu tidak dihapuskan. Mohon maaf, kata dihapus itu hanya headline di media agar diklik, karena itu yang paling laku.
"Jadinya, UN itu diganti jadi asesmen kompetensi," kata Nadiem dalam rapat bersama Komisi X DPR di DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (12/12/2019).
Tak hanya asesmen kompetensi, UN juga akan diganti dengan survei karakter, kedua nilai ini merupakan bentuk penyederhanaan UN.
Mantan CEO Gojek ini pun menegaskan sekali lagi bahwa bahasa yang tepat bukanlah menghapus melainkan mengganti sistem UN saja.
Program Nadiem ini pun mendapat sejumlah dukungan dari beberapa pihak, terutama dari KPAI dan praktisi.
Ya, dari kacamata KPAI, UN hanya menjadi beban bagi para siswa, guru dan juga keluarga mereka.
Komisioner KPAI Retno Listyarti mengungkapkan bahwa pihak KPAI telah berjuang untuk menghapuskan UN selama lebih dari satu dekade.
Hal itu disampaikan Retno saat berbincang di acara Mata Najwa yang tayang pada Rabu (18/12/2019) kemarin.
"Pada tahun 2005, UN menjadi penentu kelulusan, waktu itu saya bertemu dengan 58 anak yang tidak lulus gara-gara nilainya tidak memenuhi standar yakni 4.
"Saat itu negara kebutulan menyediakan sarana bernama citizen law suits, yang merupakan sarana untuk menggugat kebijakan pemerintah yang tidak adil.
"Waktu itu mbak Sophie juga ikut, gugatan kita itu menang. Tapi dalihnya pemerintah 'Ya sambil jalan', gitu," ungkap Retno.
Sejalan dengan pemikiran KPAI dan Nadiem Makarim, Sophia Latjuba juga telah berjuang menghapuskan UN sejak tahun 2006 silam.
Mantan kekasih Ariel Noah ini menilai UN tak bisa membentuk pribadi anak.
"Anda sejak tahun 2006 sudah teriak tentang UN ini?" tanya Najwa Shihab selaku pembawa acara.
"Iya saya juga lupa bagaimana bisa terlibat ya, dan UN menjadi penentu kelulusan 100 persen.
"Hampir tiap hari datang mengeluh tentang UN. Pendidikan kan merupakan proses pembentukan pribadi manusia dan banyak unsur yang harus kita lihat.
"Ada intelektual, moral, fisik, ada spiritual, dan ini adalah proses holistik, integral," ungkap Sophia Latjuba.
Sophia berpendapat bahwa pembuat soal UN belum tentu mengerti kebutuhan setiap anak.
"UN adalah soal pilihan ganda yang dibuat oleh sekumpulan orang yang menilai anak dari Sabang sampai Merauke, dengan latar belakang yang berbeda-beda.
"Dengan guru yang berbeda-beda, orang-orang yang membuat UN mungkin bukan guru juga, yang tidak tahu bagaimana meng-handle anak.
"Betapa stres nya meng-handle anak di dalam kelas," ungkap Sophia.
Baginya UN hanya digunakan sebagai dalih pemerintah yang malas untuk mengembangkan pendidikan di Indonesia.
"Menurut saya ujian nasional dibuat karena kemalasan pemerintah saja!" tandas Sophia.
Pernyataan Sophia ini pun langsung menarik perhatian Najwa dan penonton yang ada di studio.
Baca Juga: Marion Jola Tereliminasi, Minta Doa untuk Ujian Nasional
(*)
Anggunnya Aaliyah Massaid saat Maternity Shoot, Berbalut Gaun Panjang Tanpa Umbar Perut Seksi
Source | : | Kompas.com,YouTube |
Penulis | : | Nopsi Marga |
Editor | : | Nopsi Marga |