Pada Kamis (15/3), Suriah memasuki tahun kedelapan perang sipil.
Lebih dari 400.000 orang diyakini telah tewas atau hilang.
Tiga anak Dokter Hamid, dan banyak anak lainnya yang dibawa ke rumah sakit, tidak pernah menemukan kedamaian.
Anak yang tiba di rumah sakit acap kali mengalami luka tembak, organ tubuh hilang, luka bakar parah, atau kadang kala tidak terlihat cedera fisik namun terbujur kaku dengan bau gas yang menempel pada tubuh mereka.
"Kebanyakan anak yang tewas terkena serpihan bom di kepala atau cedera di perut. Dalam beberapa kasus saya bahkan menyaksikan luka yang menembus jantung," ujar Dokter Hamid.
"Anak-anak ini perlu dokter spesialis bedah dan tujuh hingga 14 hari dalam perawatan intensif. Banyak yang bisa diselamatkan. Di London mereka bisa diselamatkan. Di Ghouta, kami tidak bisa berbuat apa-apa. Kami coba menghentikan pendarahan dan membuat mereka nyaman, setelah itu kami biarkan mereka meninggal dunia." tambahnya.
Dalam wawancara melalui telepon, empat dokter dan beberapa staf medis menggambarkan bekerja di kawasan itu sebagai perjuangan keras tanpa henti untuk menyelamatkan orang dari kematian, tanpa ada ruang tersisa untuk menolong korban yang kehilangan organ tubuh, kehilangan pandangan, atau mengalami infeksi fatal.
Penanganan di rumah sakit diukur oleh dua kategori jelas, hidup atau mati.
Pekan ini, seorang bocah lima tahun tiba di rumah sakit dengan beragam luka serta patah di kaki dan lengannya.
Penjaga Makam Eko DJ Mengaku Sering Dikunjungi dan Diajak Makan Bakso Oleh Almarhum
Dr Hamid menjahit luka-luka bocah itu, kemudian mengamputasi satu tangan dan satu kakinya di bagian paha atas.
Penulis | : | Aditya Prasanda |
Editor | : | Aditya Prasanda |