Laporan Wartawan Grid.ID, Maria Novika Diah Siswari
Grid.ID - Musibah tsunami yang menghantam daerah di sekitar Selat Sunda beberapa waktu lalu masih menyisakan pilu bagi keluarga para korban.
Bencana yang terjadi pada 22 Desember 2018 lalu tersebut masih berbekas hingga saat ini.
Dahsyatnya bencana tersebut sampai memunculkan trauma bagi keluarga korban meninggal maupun korban yang selamat.
Baca Juga: Jelang Hari Persalinan, Jeje Govinda Pamerkan Perut Bucit Syahnaz Sadiqah yang Berisi Bayi Kembar
Telah lewat satu tahun dari kejadian itu, kondisi para keluarga korban dan tempat kejadian pun berangsur membaik.
Namun tragedi tersebut jelas tidak bisa dilupakan.
Ifan Seventeen yang merupakan salah satu korban yang selamat dalam bencana tersebut.
Tepat pada hari Minggu, 22 November 2019 lalu, dirinya serta keluarga dari anggota bandnya yang juga menjadi korban dalam keganasan ombak tsunami tersebut mengadakan tahlilan dan pengajian.
Baca Juga: Kelar Olah Raga Langsung Ngadem Dalam Kabin Mobil, Hati-Hati Bisa Picu Hal Ini
Diberitakan dalam Cuap Cuap Pagi yang diunggah ke Youtube oleh akun MOP Channel, suasana pengajian yang diadakan di basecamp Seventeen yang berada di Tebet, Jakarta Selatan (23/12/2019).
Acara pengajian tersebut dhadiri oleh tetangga dan warga sekitar basecamp tersebut.
Ifan yang mengenakan kemeja putih, peci hitam, dan kacamata nampak khusyuk mengikuti pengajian tersebut.
"Jadi saya dan manajemen yang tersisa mengundang seluruh keluarga besar anggota Seventeen dan juga warga sekitar basecamp untuk menghadiri tahlilan dan yasinan guna memeringati satu tahun kejadian yang menimpa kami," tutur Ifan pada media.
Dirinya juga mengatakan bahwa waktu serasa cepat berlalu hingga tidak terasa sudah satu tahun dari kejadian nahas tersebut.
"Ya ngerasa cepet waktunya. kayak Kok udah setahun aja sih. Gitu," ujarnya.
Vokalis band Seventeen yang juga merupakan satu-satunya anggota yang selamat dari Seventeen ini mengaku tidak akan pernah bisa melupakan tragedi itu.
Apalagi dalam bencana tersebut, sang istri, Dylan Sahara, juga ikut menjadi korban jiwa.
"Ya gak bisa ngelupain, mau gimanapun juga. apalagi hari ini tepat setahun kejadian itu. Jadi flashback, jam ini aku ngapain ya waktu itu, jam segini ngapain ya," ungkap Ifan.
Selain kenangan yang terus diingat, Ifan juga mengalami trauma pada beberapa hal terkait musibah tersebut hingga sekarang.
"Kalo trauma sih, aku gak pernah mau ke laut kalo gak on purpose. Trus badanku bakal menggigil kalo denger suara ambulans," jelas Ifan.
Dirinya mengungkapkan juga bahwa dia hanya bisa mengirim doa kepada orang-orang yang menjadi korban bencana tersebut, terlebih orang-orang terdekatnya.
"Yah kalo sekarang cuman bisa doa aja sih. Yang pasti banyak berdoa," lanjutnya.
(*)
Penulis | : | Maria Novika Diah Siswari |
Editor | : | Nurul Nareswari |