Laporan Wartawan Grid.ID, Septiyanti Dwi Cahyani
Grid.ID - Pendidikan adalah hak segala bangsa.
Kalimat itulah yang tertulis dalam Undang-undang Dasar 1945.
Namun, sepertinya ini belum benar-benar terjadi di Indonesia.
Mungkin hal inilah yang mendorong seorang wisatawan asal Malaysia untuk mengembangkan pendidikan bagi masyarakat di wilayah terpencil yang ada di Indonesia.
Seperti yang dikutip dari laman Star2, Grid.ID telah merangkum sebuah kisah tentang seorang wanita yang rela meninggalkan pekerjaannya demi membangun pendidikan di daerah Gili, Indonesia.
Sebelumnya wanita yang bernama Ngeow Pu Li ini bekerja sebagai seorang perancang brand director.
Kemudian ia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya itu dan mendirikan sebuah taman kanak-kanak.
TK Montessori itu didirikan di Pulau Gili, Indonesia.
Keputusannya ini membuat beberapa orang mengangkat kedua alisnya karena heran.
(BACA: Cara Merawat Kain Tenun yang Benar Agar Tidak Rusak Menurut Desainer Indonesia Wignyo Rahadi )
Minat Ngeow dalam mengajar sudah dimulai sejak tahun 2006.
Pada saat itu ia sempat menjadi relawan sebuah panti asuhan di Kathmandu, Nepal.
Pengalaman itu telah membuka mata dan hatinya.
Ia mengaku merasa tersentuh melihat anak-anak yang begitu bahagia meski mereka hidup dalam kemiskinan.
Dari pengalaman itulah Ngeow mendapat pelajaran untuk bersyukur dan pentingnya memberi.
Ia ingin menyalurkan kebahagiaan dengan membantu membawa perubahan yang positif.
Sejak itu Ngeow terinspirasi untuk terus melakukan pekerjaan yang lebih memuaskan, khususnya di bidang pendidikan.
Dengan semangat mengajar yang ia miliki, Ngeow mendaftarkan dirinya kursus Montessori paruh waktu di sebuah perguruan tinggi swasta di Petaling Jaya.
Ia mengaku lebih tertarik dengan filosofi Montessori dalam pendidikan untuk anak kecil.
Mereka berfokus pada pengajaran anak-anak agar lebih sadar akan lingkungan dan menumbuhkan minat cinta pada dunia.
(BACA: Tasya Kamila Akan Jadi Speaker dalam Xchange International Youth Summit 2018, Acara Apa tuh?)
Pada tahun 2009, Ngeow mengunjungi seorang teman dekatnya yang tinggal di Pulau Gili.
Selama tinggal di sana, ia menemukan bahwa hanya ada satu taman kanak-kanak yang dikelola pemerintahan.
TK itu melayani 100 anak-anak di Gili Trawangan.
Pada tahun 2011, akhirnya Ngeow memutuskan beralih dari periklanan ke pendidikan anak usia dini.
Dua tahun kemudian, Ngeow bersama temannya Isrina dan Gili Eco Trust Delphine Robbe menandatangani kesepakatan untuk mendirikan Gili Bumblebee Montessori di Gili Trawangan.
Trio itu membeli sebidang tanah di Pulau Gili Trawangan dan menginvestasikan sejumlah uang tambahan untuk membeli perabotan, alat tulis dan bahan pendidikan untuk taman kanak-kanak.
Gili Bumblebee Montessori didirikan dalam enam bulan dengan 12 siswa pertama yang terdaftar.
Kelas itu diselenggarakan dalam bahasa Inggris.
Mereka lebih fokus pada pembelajaran untuk berinteraksi sosial dan lebih fokus pada lingkungan.
Anak-anak yang lebih tua belajar tentang masalah lingkungan, pengelolaan sampah dan bagaimana cara menanam serta memasak makanan mereka sendiri.
(BACA: Mengagumkan, 7 Wanita Hebat yang Pecahkan Rekor Dunia)
Dalam rentan waktu lima tahun, sekolah ini telah memiliki lima guru dan 25 siswa.
Taman Kanak-kanak ini sekarang menawarkan kelas gratis bagi penduduk lokal yang tinggal di pulau ini.
Kelas ini diadakan setiap hari sabtu dimana mereka belajar bahasa Indonesia.
Selain itu, mereka juga diajarkan tentang kesadaran lingkungan dan pengetahuan tentang dunia.
Semua ini diajarkan melalui kegiatan langsung.
Hal ini ditujukan untuk menginspirasi para siswa agar memiliki kemauan untuk belajar lebih banyak lagi.
Kegiatan ini mendapatkan tanggapan yang positif bagi siswa lokal.
Ngeow mengaku merasa senang telah bisa menumbuhkan semangat pada diri orang lain untuk berani bermimpi.(*)
Penulis | : | Fahrisa Surya |
Editor | : | Fahrisa Surya |