Grid.ID - Jalanan tumpah ruah dipenuhi amarah dan serapah.
Sekelompok wanita menenteng pamflet dan semangka berunjuk rasa, meradang; memenuhi ruas-ruas jalan.
Mereka adalah puluhan mahasiswi sebuah perguruan tinggi di negara bagian Kerala, India.
Bukan tanpa sebab semangka mereka genggam di terik panas, aksi protes itu disulut oleh komentar viral seorang professor yang menyamakan semangka dengan payudara wanita.
Tak Hanya di Pontianak, 'Hari Tanpa Bayangan' juga Terjadi di Beberapa Kota Berikut, Namun . . .
Video yang tersebar luas di Youtube itu sontak memicu kemarahan banyak orang.
Komentar bernada pelecehan itu menyulut sejumlah perempuan menggelar aksi protes di jalan-jalan, sementara tidak sedikit pula wanita yang menggelar aksi berswafoto dengan dada telanjang yang ditutupi semangka di media sosial.
Semua bermula saat Prof Jouhar Munavvir T, salah seorang staff pengajar Akademi Pelatihan Farook di kota Kozhikode, Kerala mengkritik mahasiswinya yang berselempang selendang di kepala.
Jouhar Munavvir menuding hal itu memancing nafsu bejat banyak pria sebab selendang di kepala tak cukup menutup bagian payudara wanita.
Angel Karamoy Tampil Bak Usia 20-an dengan Busana Off Shoulder, Gayanya Manis dan Modis Banget!
Ia lantas mengumpamakan dada wanita yang tak tertutup selendang dengan sepotong semangka:
"Itu (dada wanita yang tak tertutup selendang) seperti sepotong semangka yang dipotong, kita bisa melihat betapa matangnya buah itu."
Komentar Jouhar Munavvir itu terekam, dibagikan ribuan kali, dan viral di media sosial.
Hanya beberapa hari setelahnya, jalanan Kozhikode, Kerala dibanjiri para pengunjuk rasa -- yang didominasi wanita - - mengecam komentar Prof Munavvir.
Jengah dengan Grup yang Berisik, Gini Cara Keluar dari Grup Whatsapp Tanpa Ketahuan
"Komentar itu melecehkan setiap perempuan. Di Kerala, komentar seperti itu tidak bisa ditolerir," jelas Nikhil P, dari Federasi Kaum Muda Demokrasi India, dikutip Grid.ID dari BBC Hindi.
Di tempat yang lain, Aarathi S.A, salah seorang wanita yang menggelar aksi berswafoto dengan dada telanjang yang ditutupi semangka mengungkapkan:
"Tudingan berlebihan dan bernada seksis pada tubuh wanita itu jadi alasan saya menyebar foto setengah telanjang di media sosial."
"Kami dituntut selalu tertutup, dan pria bisa berkomentar sekenanya jika ada sedikit bagian tubuh kami yang terbuka" ungkapnya dikutip Grid.ID dari BBC Hindi.
Banyak yang mendukung aksi Arathi namun tidak sedikit pula yang mencapnya sebagai 'pelacur' terkait aksi protes berbentuk swafoto setengah telanjang itu.
Arathi tak sendirian, seperti dirinya, banyak wanita lain yang turut melayangkan aksi protes dengan swafoto setengah telanjang, salah satunya Rehana Fathima.
"Ini tubuh saya, hak saya. Profesor itu memperlakukan perempuan seperti sebuah benda" kecam Rehanna. (*)
Penulis | : | Aditya Prasanda |
Editor | : | Aditya Prasanda |