Laporan Wartawan Grid.ID, Septiyanti Dwi Cahyani
Grid.ID - Baru-baru ini, para ilmuwan di Inggris telah mengembangkan sebuah pemindai otak yang sangat ringan dan sensitif.
Alat pemindai otak ini dapat digunakan sebagai helm, sehingga memungkinkan para pasien untuk dapat bergerak secara alami.
Seperti yang dilansir dari laman Science Daily pada Rabu (21/03/2018), scanner otak yang dapat dipakai seperti helm ini dikembangkan oleh para peneliti di Sir Peter Mansfield Imaging Centre, Universitas Nottingham dan Wellcome Centre for Human Neuroimaging, UCL.
Ini merupakan bagian dari proyek lima tahunan dari Wellcome yang memiliki potensi untuk merevolusi dunia pencitraan otak.
Pencitraan otak adalah proses pemeriksaan otak dan sistem saraf dengan teknik pencitraan.
Prosedur ini juga dikenal sebagai neuroimaging.
(BACA: Pria Ini Bisa Meraba Otaknya Sendiri Setelah Seperempat Tengkoraknya Hilang, Bagaimana Kisahnya?)
Dalam jurnal Nature yang diterbitkan pada Rabu (21/03/2018) para peneliti menunjukkan bahwa mereka dapat mengukur aktivitas otak dengan melakukan gerakan alami.
Seperti mengangguk, peregangan, minum teh dan bahkan bermain pingpong.
Selain ringan, magnetoencephalography (MEG) juga lebih sensitif daripada sistem yang tersedia saat ini.
MEG adalah hal yang sangat berharga dalam ilmu saraf.
Para peneliti berharap agar scanner baru ini dapat meningkatkan penelitian dan pengobatan untuk pasien yang tidak dapat menggunakan pemindai MEG tradisional.
Seperti anak muda dengan epilepsi atau pasien dengan neurodegeneratif seperti penyakit Parkinson.
Pada alat pemindai otak ini, sel-sel otak beroperasi dan berkomunikasi dengan menghasilkan arus listrik.
Arus ini nantinya akan menghasilkan medan magnet kecil yang terdeteksi di luar kepala.
Peneliti menggunakan MEG untuk memetakan fungsi otak dengan mengukur medan magnet ini.
Scanner MEG saat ini besar dan beratnya sekitar setengah ton, karena sensor yang digunakan untuk mengukur medan magnet harus dijaga dalam suhu dingin, sekitar -269 derajat celcius.
Dengan pemindai yang ada saat ini, para pasien harus tetap diam ketika sedang dilakukan proses pemindaian.
Karena gerakan 5 mm saja dapat membuat gambar tidak dapat digunakan.
Tentu akan sangat sulit jika pemindaian ini dilakukan pada pasien yang tidak bisa diam, seperti anak-anak yang sangat aktif bergerak.
Masalah-masalah yang berkaitan dengan hal ini telah dipecahkan dalam pemindai baru dengan mengurangi teknologi dan memanfaatkan sensor kuantum yang baru.
Sensor ini dapat dipasang dalam helm prototipe yang dicetak 3D.
Karena sushu baru sangat ringan dan dapat bekerja pada suhu kamar, mereka dapat ditempatkan langsung ke permukaan kulit kepala.
Hal ini dilakukan untuk menempatkan sensor agar lebih dekat dengan otak dan meningkatkan jumlah sinyal yang diambil.
Sifat ringan dari pemindai baru ini juga berarti bahwa untuk pertama kalinya subjek dapat memindahkan kepala mereka selama pemindaian.
Namun, sensor kuantum ini hanya akan beroperasi ketika magnet bumi telah berkurang.
Untuk mengatasi masalah ini, tim peneliti mengembakan elektromagnetik khusus yang membantu mengurangi medan magnet di sekitar pemindai.
Setelah sukses dengan sistem prototipe mereka, para peneliti mengembangkan alat ini menjadi helm yang bisa dipakai bayi, anak-anak dan orang dewasa.
(BACA: Ilmuwan Kembangkan Meterial Terhitam di Dunia, Inilah Beberapa Fungsinya)
Para peneliti memprediksi jenis pemindai baru ini akan memberikan peningkatan kepekaan empat kali lipat pada orang dewasa dan 15 atau 20 kali lipat pada bayi.
Sayangnya, alat pemindai baru ini masih belum banyak digunakan karena harganya yang mahal, rumit dan bentuknya yang dirancang satu ukuran untuk semua ini kurang efektif untuk beberapa pasien.
Pemindai baru ini menjadi menarik karena ia membantu meningkatkan pemahaman kita tentang cara kerja otak.
Selain itu alat ini juga menyediakan perawatan yang lebih baik untuk pasien seperti anak-anak dan orang-orang epilepsi.
Dimana pilihan yang ada saat ini masih sangat terbatas dan invasif.
Sehingga temuan ini akan sangat membantu para pasien dengan kasus-kasus tertentu seperti yang sudah disebutkan di atas. (*)
Penulis | : | Violina Angeline |
Editor | : | Violina Angeline |