Akibatnya militer Jerman di lapangan selalu mengalami kemunduran setelah mereka kalah dalam pertempuran Stalingrad melawan Soviet.
( BACA JUGA: 5 Camilan Kacang Tersehat Menurut Pakar, Ada yang Jadi Favorit Kamu? )
Sebuah penelitian terpisah juga menunjukkan bahwa Hitler kecanduan obat-obatan.
Studi penelitian ini sebagai bagian dari program National Geographic yang mengatakan bahwa Hitler memiliki tingkat depresi tinggi.
Hitler juga sering mengamuk ketika tahu pasukannya kalah dalam pertempuran.
Ia bahkan selalu marah-marah dan sering mengonta-ganti jajaran komando militer Jerman dengan keputusannya sendiri.
( BACA JUGA: Bukan Amerika Atau Rusia, Inilah Negara Pembuat Kapal Perang Terbesar di Dunia )
Hitler tak pernah mau mendengar masukkan dari penasihatnya dahulu.
Meski dialah yang merancang sendiri strategi sehingga pasukannya kalah, Hitler justru menyalahkan para jenderalnya.
Hitler menganggap mereka tak becus dalam memimpin pasukannya.
Maka ia sering minum obat penenang ketika hal itu terjadi sampai ia akhirnya kecanduan.
( BACA JUGA: Kenapa ya Pesawat Terbang Warnanya Putih? Inilah 5 Alasan Uniknya )
Hitler juga mengidap Bipolar, yaitu perubahan emosi yang mendadak.
Gejala lain dari penyakit Parkinson Hitler ialah tubuhnya menjadi bongkok, kesulitan fokus, jalannya lambat, lesu dan kurangnya motivasi.
Penyakit parkinson inilah yang menyebabkan Hitler juga mengambil keputusan gegabah berperang melawan negara-negara Eropa pada tahun 1941.
Penyakit parkinson juga mengakibatkan hal lain yang menyerang kepribadian Hitler, salah satunya ialah diktator itu tak punya rasa empati dan penyesalan atas hal buruk yang ia buat kepada orang lain. (*)
Viral Rumah Dijual Rp 27 Juta di Yogyakarta, Kondisinya Horor dan Bikin Merinding, Akan Dibeli Joko Anwar?
Source | : | war history online,national geographic |
Penulis | : | Nindya Galuh Aprillia |
Editor | : | Nindya Galuh Aprillia |