Laporan Wartawan Grid.ID, Arif Budhi Suryanto
Grid.ID - Tensi hubungan diplomatik antara Indonesia dan Tiongkok sedang memanas akhir-akhir ini.
Memanasnya hubungan kedua negara disebabkan oleh kapal Coast Guard Tiongkok yang masuk ke teritorial Indonesia tanpa izin.
Parahnya lagi, kapal Coast Guard milik Tiongkok itu justru sengaja datang untuk mengawal kapal-kapal nelayan miliknya melakukan penangkapan ikan di Laut Natuna.
Secara garis besar, yang dilakukan kapal-kapal ikan asing milik Tiongkok ini termasuk kegiatan Illegal Unreported and Unregulated (IUU) Fishing karena telah mengambil sumber daya alam di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia.
Namun begitu, seperti yang dikutip dari Antara News, pihak pemerintah Tiongkok tetap bersikukuh kapal-kapalnya hanya melakukan penangkapan ikan di sekitar 130 mil dari perairan Ranai, Natuna.
Presiden Joko Widodo pun sudah melayangkan pernyataan tegas dengan tidak melakukan kompromi apapun terkait kedaulatan negara.
"Tidak ada yang namanya tawar-menawar mengenai kedaulatan mengenai teritorial negara kita," kata Jokowi saat membuka Sidang Kabinet paripurna di Istana Negara Jakarta, Senin (06/01/2020).
Bisa jadi kalau tensi ini terus menegang, akan terjadi pertempuran alutsista antara Indonesia dan negara tirai bambu tersebut.
Tiongkok pun harus bersiap, karena Indonesia sudah memperkuat pertahanannya di wilayah perairan Laut Natuna tersebut dengan alutsista kelas wahid macam F-16 C/D Block 52ID dan Sukhoi Su-27/30.
Selain itu, pasukan elite tiga matra milik TNI juga sudah siap disiagakan untuk menambah pengamanan melawan Tiongkok.
Namun diprediksi, sebelum perang di antara kedua negara pecah, Tiongkok sendiri bisa jadi akan tetap hancur nantinya.
Kehancuran Tiongkok ini diperkirakan terjadi akibat keserakahannya 'menanam' ribuan panel surya sebesar 100 megawatt.
Baca Juga: Diduga Dapat Teruskan Informasi ke Pemerintah Tiongkok, Militer AS Dilarang Pakai TikTok!
Panel-panel ini terbentang luas menghiasi 248 hektar ladang di 'Datong Country', Tiongkok Utara.
Bahkan tak hanya di dalam negeri, Tiongkok dengan getol menambah 'Ladang Tenaga Surya'-nya di beberapa negara lain.
Panda Green Energy sebagai perusahaan yang membangun ladang panel surya ini menganggap, pembangkit listrik tenaga surya ini sebagai citra harta nasional Tiongkok.
Padahal jika pembangkit listrik raksasa semacam ini dibangun secara terus menerus, maka efeknya adalah kehancuran di masa depan.
Hal tersebut karena panel-panel surya yang tertanam ini sendiri sejatinya hanya bisa bertahan selama 30 tahun.
Selebihnya, hanya akan menjadi bangkai dan limbah lingkungan.
Melansir dari Intisari Online, limbah panel surya ini sendiri susah untuk didaur ulang karena mengandung bahan kimia berbahaya seperti asam sulfat.
Alhasil ketika Tiongkok tetap memaksakan pelaksanaan program pembangunan panel surya ini, maka pada tahun 2040 diprediksi akan menjadi awal kehancurannya.
Para pakar memprediksi pada tahun tersebut, Tiongkok akan mengalami ledakan limbah panel surya secara masif.
Padahal hingga saat ini masih belum ada solusi untuk mendaur ulang panel surya.
(*)
3 Bulan Nunggak SPP, Siswa SD Duduk di Lantai Jadi Tontonan Teman Sekelas, Pagi sampai Siang Tak Boleh Duduk di Bangku
Source | : | Antara,intisari |
Penulis | : | Arif Budhi Suryanto |
Editor | : | Ayu Wulansari Kushandoyo Putri |