Laporan Wartawan Grid.ID, Septiyanti Dwi Cahyani
Grid.ID – Sejak dulu, kaum wanita sudah mulai menunjukkan eksistensinya kepada publik.
Dewasa ini, tak hanya kaum pria yang memiliki kemampuan luar biasa dalam bidang fotografi.
Kaum wanita juga tak ingin ketinggalan oleh kaum pria.
Mulai banyak fotografer wanita yang bidikannya tak kalah fantastis.
Sebut saja Diera Bachir, salah satu fotografer ternama yang dimiliki Indonesia.
(BACA: 15 Potret Pengorbanan Para Fotografer di Balik Foto Prewedding yang Unik nan Sempurna)
Namun rupanya, hal ini sudah ada sejak dulu kala oleh wanita berkebangsaan Jerman yang bernama Elsbeth Juda.
Dilansir Grid.ID dari laman The Guardian, Elsbeth Juda merupakan seorang wanita yang melarikan diri dari Nazi dan memulai kehidupan barunya di London.
Selama menjadi fotografer, sudah banyak orang yang menjadi objek bidikan kameranya.
Mulai dari supermoodel Inggris pertama, Barbara Goalen, Winston Churcill, hingga Peter Blake.
Dilansir dari Wikipedia, wanita kelahiran Jerman, 2 Mei 1911 ini dikenal sebagai seorang fotografer Inggris yang paling menonjol.
Ia pernah bekerja sebagai editor untuk majalah The Ambassador antara tahun 1940 dan 1965.
Juda belajar fotografi di bawah bimbingan fotografer Bauhus Lucia Moholy yang merupakan istri dari artis László Moholy-Nagy.
Saat itu, László Moholy-Nagy akan mengunjungi Juda di rumahnya untuk mengajarinya fotografi.
Juda kemudian bekerja menjadi fotografer untuk perusahaan periklanan dan majalah mode termasuk Harper’s Bazaar.
Elsbeth Juda dan suaminya, Hans Peter awalnya membuka kantor satelit London untuk majalah besar perdagangan Belanda yang bernama International Textiles.
(BACA: Epik! Fotografer Ini Berhasil Abadikan Momen Ketidaksengajaan yang Unik di Jalanan New York )
Namun, ketika Amsterdam berada di bawah kendali tentara Jerman pada 1940, mereka mengalami kesulitan untuk melanjutkan majalah itu.
Pada 1946, Juda mengubah nama majalahnya menjadi The Ambassador yang lebih fokus pada dunia industri perdagangan dan ekspor.
Majalah itu cukup berpengaruh, apalagi sejak ia mendapatkan dukungan dari Pemerintah Inggris yang membantu memberi pasokan kertas selama perang berlangsung.
Saat itu, majalah The Ambassador menjadi suara manufaktur Inggris untuk perdagangan ekspor.
Majalah ini diterbitkan setiap bulannya dalam bahasa Inggris, Jerman, Prancis, dan Portugis.
Pelanggannya ada di lebih dari 90 negara dengan 23.000 eksemplar majalah.
Hans menciptakan moto resmi ‘Export or Die’ untuk majalah The Ambassador.
Frasa itu menjadi mantra tersendiri bagi industri manufaktur nasional.
Pada tahun 1940-1950an, Juda dan suaminya selalu mempromosikan setiap aspek manufaktur Inggris, budaya, dan seni kepada masyarakat secara luas.
Dalam prosesnya, Juda tak segan untuk menjalin kerja sama dengan para seniman, penulis, perancang dan fotografer ternama.
(BACA: Fotografer Ini Buktikan Tempat Jelek dan Model Seadanya Bisa Hasilkan Foto Super Kece)
Bidikan lensa Juda untuk The Ambassador menggabungkan unsur fashion, modern, dan perdagangan.
Salah satu rangkaian fotonya yang terkenal adalah Barbara Goalen sebagai model tekstil Skotlandia dengan estetika visual yang unik.
Melalui majalah The Ambassador, Juda membangun koleksi seni dari banyak seniman yang mereka hubungi.
Karena memiliki lingkaran pertemanan yang luas, hal ini membuat Juda memiliki banyak kesempatan untuk menangkap setiap aspek dari Inggris pasca perang.
Pada tahun 1961, majalah ini dibeli oleh Thomson Publication dan masih terus terbit hingga 1972. (*)
5 Shio Paling Suka Gaya Hidup Minimalis, Pilih Barang Sederhana tapi Fungsional
Penulis | : | Violina Angeline |
Editor | : | Violina Angeline |