Laporan Wartawan Grid.ID, Linda Fitria C
Grid.ID - Saat kamu membuka laman pencarian Google pagi ini, sosok wanita kulit hitam akan muncul dengan senyum simpul di wajahnya.
Adalah Marguerite Annie Johnson Angelou atau lebih akrab di sapa Maya Angelou.
Bukan tanpa alasan Google menjadikannya sebagai sosok Google Doodle hari ini.
Kisah dan perjuangan sosok wanita keturunan Afrika-Amerika ini sepertinya memang patut untuk diceritakan ke dunia.
Lahir pada 4 April 1928 di St. Louis, Missouri, Maya Angelou adalah salah satu wanita kulit hitam yang berpengaruh di dunia.
Dikutip Grid.ID dari Biography, semasa hidupnya, Maya Angelou adalah seorang penulis Amerika, aktris, penulis skenario, penari, penyair, bahkan aktivis hak-hak sipil warga.
Banyaknya peran yang ia jalankan semasa hidup membuat kepergiannya pada 28 Mei 2014 di Winston-Salem, North Carolina meninggalkan kepedihan.
Bahkan mantan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama menyebut sosok Maya Angelou sebagai seorang penulis brilian, dan wanita yang fenomenal.
Bagaimana tidak, sebelum dirinya terkenal dan menjadi sosok yang penuh inspirasi, penderitaan bak jadi teman dekatnya.
Kehidupan masa kecil Maya Angelo terbilang berat.
Sejak kecil orang tuanya telah berpisah meninggalkan Maya dengan kakak laki-lakinya.
(BACA : Inggris Akan Perkenalkan Larangan Keras Penjualan Gading untuk Melindungi Gajah)
Mereka akhirnya tinggal bersama sang nenek di Arkansas.
Sebagai seorang keturunan Afrika-Amerika, sejak kecil Maya Angelou sudah mengalami diskriminasi ras di sana.
Tak hanya itu, di usia 7 tahun Maya Angelou bahkan diperkosa oleh pacar baru ibunya saat sedang berkunjung.
Tak terima keponakannya mengalami kekerasan seksual, paman Maya Angelou akhirnya membunuh laki-laki itu.
Trauma atas semua yang terjadi, Maya Angelou kecil berhenti bicara.
Bahkan saat ia kembali ke Arkansas ia memilih menjadi seseorang yang 'bisu' selama bertahun-tahun.
(BACA : Para Sopir Menolak Penumpang, Video Soal Sulitnya Mendapat Taksi di Bangkok Saat Hujan Viral)
Saat tumbuh besar, Maya akhirnya mulai bangkit dari keterpurukannya.
Ia memenangkan beasiswa dan belajar menari serta berakting di California Labor School.
Tahun 1950-an karir Maya Angelou makin berkembang pesat.
Ia mendapat peran di beberapa produksi film bahkan di tahun 1957 ia merilis album pertamanya.
Nama Maya kemudian makin dikenal, ia bahkan berhasil menjadi nominasi di berbagai penghargaan.
(BACA : Dokter Terawan Dianggap Lakukan Pelanggaran Serius, Amankah Kita Jalani Terapi Cuci Otak?)
Pada tahun 1960-an, ia memutuskan untuk pergi ke Afrika.
Di sana ia hidup sebagai penulis dan bekerja di Universitas Ghana.
Ia kemudian bergabung dengan Revolutionist Returnees, sebuah komunitas yang memperjuangkan hak asasi manusia terutama soal diskriminasi ras.
Saat menjadi penulis, ia menghasilkan banyak karya seperti I Know Why the Caged Bird Sings (1970), Gather Together in My Name (1974), dan A Song Flung Up to Heaven (2002).
Bahkan ia juga menjadi wanita kulit hitam pertama yang menulis skenario yaitu Georgia, Georgia (1971).(*)
Geram, Anak-anak Pak Tarno Sindir Kelakuan Istri Muda yang Diduga Eksploitasi Ayahnya: Nggak Suka Saya!
Penulis | : | Linda Fitria |
Editor | : | Linda Fitria |