Grid.ID - Penyebaran virus corona yang terdeteksi pertama kali di Kota Wuhan pada 31 Desember 2019 lalu ternyata pernah lebih dulu ditemukan oleh seorang dokter virologis Mesir bernama Ali Mohamed Zaki.
Meskipun berhasil menemukan virus corona, Dr Ali Mohamed Zaki.PhD (virologist) memiliki kisah yang kurang mengenakkan dalam pekerjaannya.
Ali Mohamed Zaki merupakan penemu virus corona pertama kali di dunia justru dianggap melanggar prosedur dan mengkhawatirkan hingga dipecat dari pekerjaannya.
Dilansir Grid.ID dari laman Gulfnews.com, ancaman virus corona, patogen mematikan tersebut pernah ditemukan di Arab Saudi tahun 2012.
Sebelumnya di tahun 1994, Dr Zaki juga dikenal usai menjadi spesialis pertama yang mengisolasi dan mengidentifikasi generator demam berdarah dengan benar di Arab Saudi.
Ia juga telah menemukan virus lain, yaitu virus tick-borne yang membunuh dua orang pada tahun 1995.
Sementara terkait penemuannya tentang virus corona bermula usai Zaki menindaklanjuti kasus kematian seorang pria 60 tahun yang dirawat lantaran infeksi paru-paru akibat pneumonia berat.
Dr Ali Mohamed Zaki pada bulan Juni 2012 mencari tahu penyebab kematian pria tersebut di laboratorium mikobiologi di Rumah Sakit Dr Soliman Fakeeh di Jeddah, Arab Saudi namun tidak kunjung menemukan alasannya.
Ia lantas mengirimkan sampel virus kepada Ron Fouchier, seorang virologis terkemuka di Erasmus Medical Center (EMC) di Rotterdam, Belanda.
Baca Juga: Ramalan Ahli Tarot Marcel Wen tentang Virus Corona yang Kian Merajalela, Kapan Akan Berakhir?
Ron Fouchier merupakan virologi yang menemukan kasus flu burung H5N1 itu menyarankan agar Zaki melakukan tes untuk virus corona, dan tes itu positif.
Mengetahui ada ancaman virus mematikan baru Ali Mohamed Zaki lantas memperingatkan dunia atas penemuannya tersebut.
Dilansir dari laman nature.com, pemerintah Arab Saudi justru tidak senang lantaran menilai tindakan Zaki telah dianggap menyerahkan hak-hak kedaulatan dan kekayaan intelektual pada tes diagnostik pertama atau perawatan ke sebuah lembaga di Belanda.
Tak hanya itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumpulkan para peneliti dan pejabat kesehatan ke sebuah pertemuan di Kairo untuk mengambil stok virus baru tersebut, muncul kekhawatiran internasional, hingga perselisihan mengenai penemuannya.
Perselisihan tersebut menyoroti potensi ketegangan antara para ilmuwan terhadap penelitian dan tanggung jawab yang mereka miliki untuk menandai ancaman terhadap otoritas nasional.
Ini juga menggarisbawahi kurangnya aturan internasional yang jelas tentang hak dan kredit apa yang harus diberikan kepada negara-negara di mana patogen pertama kali diisolasi.
Pasalnya, virus tersebut telah mewabah kecil di tiga negara di Timur Tengah, dan memicu kekhawatiran Internasional.
Sementara di tanggal 21 Desember, WHO melaporkan penemuannya terhadap sekelompok kasus di Yordania telah menimbulkan kecurigaan bahwa penularan dapat terjadi dari manusia ke manusia.
Sementara itu, Zaki telah mengirimkan sampel virus ke Fouchier, yang mengurutkannya dan menemukan bahwa itu adalah virus corona manusia yang sebelumnya tidak dikenal, yang berkaitan erat dengan virus dari kelelawar.
Pada 20 September, Zaki mengumumkan penemuannya pada ProMED-mail, sebuah sistem pelaporan penyakit online.
Sejak saat itu, virus yang dinamai human betacoronavirus 2c EMC (hCoV-EMC), setelah pusat Rotterdam, dan para peneliti yang ingin mendapatkan sampel virusnya sekarang diharuskan menandatangani terlebih dahulu perjanjian transfer bahan-bahan EMC (MTA).
Penemuan Zaki justru membuat otoritas Arab Saudi tidak senang termasuk soal pengiriman virus ke Belanda yang dianggap melanggar prosedur.
Ziad Memish, wakil menteri kesehatan Arab Saudi, menegaskan bahwa prosedur nasional untuk melaporkan potensi patogen baru "entah secara sengaja atau tidak sengaja dielakkan".
Dia juga menekankan bahwa di bawah Peraturan Kesehatan Internasional 2005 WHO, semua negara anggota harus melaporkan kepada organisasi setiap kasus penyakit parah yang tidak biasa dan tidak teridentifikasi yang dapat menjadi perhatian internasional.
Sementara itu menurut Zaki ia telah mematuhi segala prosedur dengan mengirimkan sampel virus dan data klinis terkait ke kementerian kesehatan Saudi pada 18 Juni namun tidak diindahkan.
Tak hanya itu, Dr. Ali Mohamed Zaki bahkan dikeluarkan dari rumah sakit, tempat bekerjanya.
“Mereka sangat agresif dengan saya. Mereka mengirim tim untuk menyelidiki saya, ”kata Dr. Zaki, seperti dikutip dari laman gulfnews.com pada Jumat (31/1/2020).
"Dan sekarang mereka memaksa administrasi rumah sakit untuk memaksaku mengundurkan diri." pungkasnya.
Baca Juga: Khawatir Terinfeksi Virus Corona, Taeyeon SNSD dan NCT Dream Batalkan Konser di Singapura dan Makau
Untuk alasan apa pun yang tidak dapat dijelaskan, para pejabat kementerian marah pada organisasi kesehatan internasional Zaki yang memperingatkan tentang potensi strain virus yang fatal itu.
"Itu adalah presiden rumah sakit yang mengatakan mereka tidak ingin saya tinggal di sana lagi," kata Zaki.
“Presiden rumah sakit memberi tahu saya - Mereka memaksa saya memecat Anda. Jika Anda kembali, mereka akan membuat masalah besar bagi Anda dan rumah sakit kami." pungkas Ali Mohamed Zaki.
Padahal, Ali Mohamed Zaki sangat yakin dengan penemuan virus corona tersebut sebelum melaporkan penemuannya dan mengumumkannya di ProMED-mail.
Beberapa peneliti justru bersimpati dengan posisi Zaki, dengan alasan bahwa Zaki hanya mencari bantuan untuk menjelaskan penyebab kematian pasien, dan tidak mungkin tahu bahwa ia akan menemukan virus yang akan segera menyebar ke beberapa negara. (*)
Meski Nikita Mirzani Sudah Ditahan, Razman Pastikan Laporannya atas Dugaan Penganiayaan Tetap Berjalan