Laporan wartawan Grid.ID, Dewi Lusmawati
Grid.ID – Sebuah prediksi gempa dan tsunami belakangan menghebohkan media sosial.
Pasalnya, dalam prediksi tersebut menyebutkan adanya potensi tsunami setinggi 57 meter di Pandeglang, Banten.
Menurut prediksi tersebut, tsunami akan diawali sebuah gempa megathrust berkekuatan 8,8-9 SR di Selatan Jawa Barat dan Selat Sunda.
Hal ini disampaikan oleh ahli dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Alih-alih mengiyakan prediksi tersebut. Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) justru mengatakan hal lain
Dilansir Grid.ID dari akun Twitter Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengimbau agar masyarakat tidak panik.
Hal ini disampaikan Sutopo dalam unggahannya pada 3 April 2018.
1) Terkait adanya prediksi potensi tsunami setinggi 57 meter di Pandeglang jika terjadi gempa megathrust 8,8 - 9 SR di Selatan Jawa Barat dan Selat Sunda yang disampaikan ahli dari BPPT. Masyarakat dihimbau tidak panik. Tidak perlu menyikapi dengan berlebihan.
— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_PN) 3 April 2018
Ia meluruskan informasi seputar potensi tsunami setinggi 57 meter di Pandeglang yang sempat meresahkan masyarakat.
(BACA: Perasaan Campur Aduk, saat Ayudia Bing Slamet Kunjungi Museum Tsunami di Aceh)
Sutopo mengimbau masyarakat tak perlu menyikapi berlebihan informasi seputar prediksi tsunami tersbeut.
“Memang benar ada potensi gempa megathrust di Selatan Jawa dan Selat Sunda. Tinggi tsunami 57 meter di Pandeglang adalah modeling tsunami dengan menggunakan skenario terburuk berdasarkan teoritis, yang waktu kejadiannya tidak dapat diprediksi secara pasti,” kata Sutopo, dikutip dari akun resmi media sosial (medsos) Twitternya, @Sutopo_PN, Rabu (4/4/2018).
2) Hingga saat ini belum ada iptek yang mampu memprediksi gempa secara pasti, baik besaran gempa, lokasi, waktu secara pasti. Dalam sejarah terbentuknya Kep Indonesia gempa dan tsunami pernah terjadi karena bergeraknya lempeng tektonik. Wilayah Indonesia memang rawan gempa.
— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_PN) 3 April 2018
Sutopo menekankan sampai saat ini belum ada ilmu pengetahuan dan teknologi yang sanggup memprediksi gempa secara pasti. Baik itu lokasi, getaran gempa, sampai waktunya.
Hanya, tegas dia, potensi tsunami tetap terbuka mengingat Indonesia berada di zona subduksi.
Yang bisa dilakukan adalah meningkatkan kesiapsiagaan terkait bencana.
Sutopo menekankan bahwa Mitigasi baik struktural dan nonstruktural perlu ditingkatkan.
Hal ini karena secara alamiah, Indonesia memang rawan gempa dan tsunami.
Untuk itu mitigasi dan kesiapsiagaan masyarakat harus diperkuat.
(BACA: Amerika Serikat Terancam Tsunami Setelah Sebuah Gempa Mengguncang Alaska)
Melalui serangkaian tweet yang diunggah pada 3 April 2018 Sutopo mengatakan bahwa sosialisasi, penataan ruang, mitigasi, gladi, pendidikan kebencanaan perlu ditingkatkan.
Yang penting kita harus siap.
Jika tidak terjadi tsunami tidak masalah tetapi semuanya siap mengantisipasi.
Sementara itu, melalui akun twitter BPPT RI @BPPT_RI memberi respon prediksi yang menyebar di masyarakat tersebut.
(BACA: Mengenang 13 Tahun Tsunami Aceh, Inilah 3 Lagu yang Terinspirasi dari Peristiwa Itu)
Terkait prediksi tsunami yg disampaikan seorang pakar. Prlu diketahui hal tersebut adl hasil modeling ilmiah dgn memperhitungkan skenario terburuk. Sangat disayangkan hal tsb dikutip "mentah-mentah" tanpa pertimbangan aspek sosial di masyarakat. Mohon tdk menjadi kesalahpahaman????
— BPPT RI (@BPPT_RI) 4 April 2018
"Perlu diketahui hal tersebut adalah hasil modeling ilmiah dengan memperhitungkan skenario terburuk. Sangat disayangkan hal tsb dikutip "mentah-mentah" tanpa pertimbangan aspek sosial di masyarakat. Mohon tdk menjadi kesalahpahaman????," tulis @BPPT_RI pada 4 April 2018.(*)
Source | : | |
Penulis | : | Dewi Lusmawati |
Editor | : | Dewi Lusmawati |