Grid.ID - Beberapa waktu belakangan, nama Ningsih Tinampi ramai diperbincangkan.
Ningsih Tinampi viral setelah dirinya mengaku bisa membantu mengobati penyakit dengan cara alternatif.
Meski tak sedikit yang menganggapnya aneh dan ganjil, pasien Ningsih Tinampi ini tetap saja datang untuk berobat.
Bahkan, antreannya sudah mencapai Januari 2021, itupun diklalim beberapa minggu kemarin, saat ini mungkin antriannya lebih panjang.
Konon, ia dapat mengobati guna-guna, santet, dan berbagai masalah yang konon berkaitan dengan berbagai hal gaib.
Bahkan beberapa penyakit medis seperti kanker perut, kanker mata, perdarahan, pusing, nyeri kepala kronis, sesak napas, dapat dibantunya untuk sembuh.
Bagaimana tanggapan mantan pasien Ningsih Tinampi yang sudah pernah berobat?
Memang, dari ratusan atau ribuan pasien yang sudah datang, jarang ada yang mau mengungkapkan pengalamannya usai menjalani terapi dari Ningsih Tinampi.
Jadi, belum dapat dipastikan, apakah penyakit medis dan non medis dari Ningsih Tinampi itu efektif atau tidak.
Hanya saja, ada beberapa pasien yang mau mengungkapkan keampuhan pengobatan Ningsih Tinampi.
Beberapa pasien itu mengaku merasa sembuh atau ada perbaikan terhadap berbagai gejala atau gangguan yang dialaminya.
Baca Juga: Sering Diusir karena Dianggap Mengganggu, Cicak Ternyata Punya Manfaat Positif di Rumah
Salah satu pasien tersebut adalah Ucie Madya yang mengaku mengalami berbagai komplikasi kesehatan, yang pengalamannya dishare di grup facebook Ningsih Tinampi.
Berikut penuturannya:
Banyak yang menanyakan apakah pengobatan ibu Ningsih dijamin sembuh dan harus datang berapa kali tepatnya?
Saya bukan admin tapi saya mencoba menjawabnya ..dengan pengalaman saya sowan ke pengobatan beliau baru sekali saja ada beberapa efect positive yang saya rasakan
..Secara medis saya kanker usus ,angkat rahim ,juga batu empedu secara non medis saya tidak ceritakan disini ..
Secara medis saya sudah melakukan operasi dan kemo ..terus berlangsung kontrol obat-obatan setiap bulan dan sudah berlangsung dua tahun.
Saya percaya pengobatan medis dan saya tidak melnolak pengobatan alternative.
Selain Ucie, ada juga pasien lain yang mengungkapkan perbaikan setelah diterapi.
Nah menurut medis, hal itu bisa saja terjadi. Sebab, dalam dunia medis ada istilah dengan pengobatan plasebo.
Artinya, walaupun terlihat tak ilmiah, bohongan, pasien bisa merasakan efek kesembuhan.
Dilansir nakita.id dari kompas.com, plasebo adalah istilah medis untuk sejenis obat dan sistem pengobatan "semu".
Orang yang sudah bergantung pada perspektif pengobatan medis tak dapat menerima dan akan merasa lebih sakit ketika diberitahu bahwa sebetulnya penyakitnya dapat disembuhkan tanpa obat atau hanya dengan cukup istirahat.
Pasien seperti itu biasanya berangsur-angsur menjadi sehat begitu mendapat suntikan, obat atau dioperasi, meskipun suntikan atau obat itu sebenarnya tidak mengandung sesuatu yang bersifat medis.
Misalnya, bahan yang dimasukan melalui suntikan hanya cairan garam, pil berselaput gula, atau bahkan pembedahan tanpa pemotongan organ dalam.
Melalui berbagai kejadian dan percobaan, plasebo terbukti menyumbangkan sekitar 35-75 persen kesembuhan pada pasien dengan beberapa jenis penyakit.
Kesembuhan itu diperkirakan bukan hanya diakibatkan oleh obat plasebo, melainkan juga hal-hal lain yang di luar itu.
Sejumlah peneliti dari Jerman mengatakan, penemuan baru bahwa efek plasebo juga mejangkau tulang belakang dan mungkin dapat membantu upaya mencari cara yang lebih baik untuk mengatasi rasa sakit dan gangguan lain.
Baca Juga: Dapat Kiriman Kosmetik dari BCL, Syahrini Dihujat dan Dianggap Angkuh Lantaran Lakukan Hal ini
Dengan menggunakan teknologi pencitraan modern, para peneliti tersebut menemukan bahwa keyakinan sederhana pada pengobatan rasa sakit cukup efektif menghambat sinyal sakit di wilayah tulang belakang yang disebut "the dorsal horn", yang memberikan mekanisme biologis yang kuat saat "obat" itu bekerja.
"Ini berakar sangat dalam di area awal sistem syaraf pusat, dan memberikan dampak yang kuat," kata peneliti yang memimpin penelitian itu, Falk Eippert dari University Medical Center Hamburg-Eppendorf.
Eippert dan sejumah koleganya menggunakan pencitraan resonansi fungsional, atau fMRI, untuk mengamati perubahan pada aktivitas tulang belakang.
Mereka memberikan panas yang menyakitkan ke lengan 15 pria sehat dan membandingkan respons tulang belakang saat mereka berpikir telah diobati dengan krim anestesi atau placebo.
Nyatanya, kedua krim itu tidak aktif, tetapi hasil pemindaian fMRI menunjukkan kegiatan syaraf berkurang secara mencolok pada pria yang merasa yakin mendapatkan anestesi.
Baca Juga: Unik, Restoran di Singapura ini Bebaskan Pelanggan Bayar Makanan Semampunya
Kemampuan obat palsu dengan komponen tidak aktif untuk menghasilkan keuntungan klinis secara nyata itu telah lama membingungkan para dokter dan membuat frustrasi pada produsen obat.
Para pasien biasanya diberi obat percobaan atau contoh dalam percobaan klinis dan ternyata mereka yang mendapatkan plasebo juga membaik, sehingga sulit untuk memastikan apakah obat baru itu berfungsi.
Efek plasebo cukup kuat pada pengobatan sistem syaraf, seperti depresi atau rasa sakit.
Biasanya, para ahli melihat efek itu sebagai dampak psikologis, tetapi penelitian baru di Jerman itu merupakan bukti terbaru bahwa ada komponen fisik yang penting.
Namun, apa yang menolak sinyal sakit pada tulang belakang saat plasebo diberikan masih belum jelas, meskipun Eippert menduga sejumlah bahan kimia termasuk opioid, noradrenalin dan serotonin alami mungkin terkait dengan hal itu.
Baca Juga: Tebak Sifat Buruk dan Baik Berdasarkan Zodiak, Aries Gemar Bertualang Tapi Cepat Marah
Dalam jurnal Science, Eippert dan para koleganya menulis bahwa penelitian ini membuka jalan untuk memperkirakan kemanjuran dan lokasi yang memungkinkan untuk pengobatan baru bagi berbagai bentuk rasa sakit, termasuk rasa sakit kronis. (*)
Artikel ini telah tayang di Nakita.ID dengan judul Banyak Pasien Ningsih Tinampi Merasa Sembuh dan Membaik, Ternyata Riset Medis Menguatkan Fakta itu! Inilah yang Sebenarnya Terjadi
Source | : | Nakita.ID |
Penulis | : | None |
Editor | : | Ulfa Lutfia Hidayati |