Grid.ID - Tukilah, nenek tua dengan keriput dalam, warga Dusun Clapar 2, Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta.
Ia berdiri di balik meja di pinggir jalan di Dusun Clapar 1 sambil sibuk memenuhi sebuah mangkuk bakso dengan racikan cendol dawet, santan, dan air gula kelapa.
Tapi, tunggu dulu, racikan Tukilah belum selesai.
Ia masih menambahkannya dengan racikan lain.
Ia menambahkan rajangan kubis, sejumput tauge, dan taburan seledri di atas dawet berkuah santan campur gula merah.
Sentuhan terakhir, Tukilah menyendok sambal ke dalam mangkuk.
"Semene iki telung ewu (sebanyak ini Rp 3.000)," kata Tukilah.
Ia di situ menunggu dagangannya sepanjang Pesta Adat Nawu Sendang Sumber Rejo di Dusun Clapar.
(BACA: Dulunya Imut, Kini Dea Annisa Tampil Lebih Cantik dengan Gaya Makeup Seperti Ini)
"Dawet sambal namanya," kata Tukilah.
Ia sudah menjual penganan ini bertahun-tahun lamanya.
Di mana ada keramaian di sekitar Hargowilis, Tukilah selalu ada untuk jualan serupa. Khususnya di sekitaran Clapar.
Dawet sambal memang mirip saja dengan dawet pada umumnya.
(BACA: Jokowi Coba Geber Motor Barunya di Sukabumi, Inilah Istimewanya Chopper Karya Anak Bangsa)
Cendol putih dibikin dari tepung pati ganyong.
Cara menyajikannya tak beda dengan dawet pada umumnya, yakni dicampur santan dan gula merah.
Tapi, ketika dicampur tauge mentah dan kubis, seledri apalagi sambal, tentu rasanya akan berubah dan khas.
Tukilah mengatakan, kekuatan dawet sambal ini sebenarnya terletak pada sambal itu sendiri.
(BACA: Cerita Mulan Jameela Saat Mendarat di Muskat)
Ia membuat sambal itu dengan cara berbeda, yakni dari bahan dasar cabai rawit merah maupun hijau.
Lombok itu diulek bersama kacang tanah, kemudian sambal digoreng kering agar aroma kacang dan lombok menguar, lantas direbus.
"Sambele nambah (sambal menambah). Pedes banget (pedas sekali)," kata Tukilah.
Jadi, tidak ada acara mengulek di tempat.
Tak lama semua sudah berada di meja dan siap disantap.
Aduk dulu dawet sambal agar sambal bisa menyebar rata, lantas siap disantap.
Rasanya, ternyata hampir mirip dengan tahu campur Magelang.
Kuah dawet terasa gurih, manis, juga pedas.
(BACA: Bikin Pangling! Ini Penampilan Momo Geisha dengan Gaya Makeup ala Boneka yang Sukses Curi Perhatian)
Tetapi, dari semuanya itu rasa kuah kacang cukup dominan.
Pedas lombok juga aroma seledri membuat cita rasa uniknya kuat.
Untuk orang yang suka kuah gurih pedas, manis, apalagi penggemar segarnya rujak, kemungkinan akan cocok dengan rasa baru ini.
Cukup banyak yang suka. Beberapa warga juga mengaku terbiasa.
(BACA: Jennifer Lopez Luncurkan Inglot Cosmetics untuk Wanita Millennials, Siap-siap nih Kamu Harus Punya!)
Arinda Riyadi, warga Clapar 1, mengungkapkan dirinya beserta keluarganya penggemar kuliner satu ini.
Tidak setiap saat Arinda bisa menemukan dawet sambal ini.
"Hanya pada acara-acara tertentu, seperti hari ini," kata Arinda.
Tiap kali ia menemukan penjual dawet, ia membeli 4 bungkus dawet sambal seharga Rp 10.000.
(BACA: Pevita Pearce Kepergok Naik Angkot! Seperti Apa ya Penampilannya?)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dawet Kok Pakai Sambal, Apa Enaknya...".
(*)
Penulis | : | Deshinta Nindya A |
Editor | : | Deshinta Nindya A |