Derita sudah naik seleher, saat harga tanah kian tidak masuk akal, pendapatan pas-pasan, dan kebutuhan hidup kian hari kian mencekik, pemerintah merubuhkan paksa rumah yang dibangun dengan piyuh keringat warganya sendiri
Grid.ID - Rumah, siapa yang tidak ingin memilikinya?
Hari ini, memiliki rumah bukanlah perkara yang mudah.
Saat harga tanah kian tidak masuk akal, dan gaji di kantor tetap saja pas-pasan, kebutuhan hidup kian hari kian mencekik.
Tidak sedikit orang khawatir kesulitan memiliki salah satu tolak ukur kebahagiaan masyarakat urban ini.
Lalu, bagaimana jika seseorang telah memiliki cukup akses membangun rumah namun digusur (baca: dirampas paksa) oleh pemerintah?
Derita sudah naik seleher, itulah yang dirasakan banyak orang di banyak lahan konflik agraria.
Dari masyarakat Kulonprogo yang mendadak digusur demi pembangunan bandara NYIA (New Yogyakarta International Airport) -- hasil proyek kongkalikong presiden, Sultan Hamengkubuwono X dan Angkasa Pura - - hingga masyarakat adat Kalimantan dan Papua yang tidak menjadi tuan rumah atas tanahnya sendiri.
Hal yang sama dirasakan seorang warga negara yang rumahnya dirubuhkan paksa oleh pemerintah Tiongkok ini.
Nyaris Diamputasi, Seorang Wanita Sembuhkan Kakinya Gunakan Gula, Pakar Kesehatan Beri Jawaban
Rumah yang tengah dalam proses pembangunan itu berada di atas lahan sempit berukuran 100 meter persegi di wilayah Xinyi, Maoming, provinsi Guangdong, Tiongkok.
Menyiasati lahan yang tidak luas, sang pemilik, membangun rumah setinggi empat lantai dengan desain yang kreatif.
Ia membuat pondasi yang sangat dalam guna menyangga struktur bangunan empat lantai itu.
Lantai atas dibangun dengan bentuk kotak menyudut guna memaksimalkan keseimbangan bangunan layaknya mainan lego anak-anak.
Nahas, di piyuh sulitnya sang pemilik membangun rumahnya, pemerintah setempat pekan lalu resmi merubuhkan rumah mungil itu.
Perwakilan pemerintah, Wen Shaobing mengungkapkan rumah itu terpaksa dirubuhkan sebab dianggap memiliki struktur bangunan yang tidak aman dan dicap ilegal.
Shaobing menambahkan, sejak tahun lalu, desain rumah itu belum mendapatkan persetujuan dari pemerintah dan sang pemilik telah diminta untuk menghentikan pembangunan rumahnya.
"Pembangunan rumah itu terpaksa dihentikan secara paksa sebab tidak memenuhi standar kualitas dan berisiko secara keamanan. Kami menjalankan prosedur sesuai hukum yang berlaku" papar Wen Shaobing dikutip Grid.ID dari South China Morning Post, Minggu (8/4/2018).
Menyanggah pendapat Wen Shaobing, sang pemilik mengklaim telah berkonsultasi dengan seorang arsitek saat membangun rumahnya.
"Struktur bangunan itu menurut arsitek kami sangat mendukung dan aman untuk membangun lima hingga enam lantai" aku sang pemilk rumah.
Tidak sedikit netizen memuji desain rumah itu, mengingat begitu mencekiknya harga properti di Tiongkok.
"Desain kreatif rumah itu lebih baik ketimbang mayoritas bangunan di negara kami" tulis seorang pengguna Weibo.
Sementara seorang netizen lainnya turut berempati marasakan sulitnya membangun rumah hari ini: "Tanah kian hari kian mahal, bahkan di pedesaan semakin sulit menemukan lahan untuk membangun rumah sendiri." (*)
Nasib Daro Seri Vida, Crazy Rich Malaysia, Terlilit Utang Rp 3,7 Miliar sampai Barang-barang Mewahnya Disita
Penulis | : | Aditya Prasanda |
Editor | : | Aditya Prasanda |