Grid.ID – Ruth Sonntag lahir pada 20 Juni 1928, di Wina, Austria.
Orangtuanya, Barouch dan Eugenia, adalah dokter.
Karena kemauannya yang kuat untuk menjadi seorang ilmuwan, ia akhirnya berhasil terdaftar di sekolah kedokteran di Universitas São Paulo.
Di sana dia bertemu dengan Victor Nussenzweig yang juga adalah mahasiswa kedokteran di universitas yang sama.
(BACA JUGA: Kronologi Penangkapan Riza Shahab Atas Kasus Narkoba)
Mereka menikah pada tahun 1952 dan dikaruniai 3 orang anak.
Ruth Nussenzweig menerima gelar medisnya pada tahun 1953.
Dia dan Victor menjadi asisten profesor di universitas dan dari tahun 1958 hingga 1960 mereka bekerja di Paris dalam sebuah penelitian.
Kemudian mereka dipindahkan ke Langone Medical Center, New York University.
(BACA JUGA: Baru Debut dan Punya Banyak Hak Cipta Lagu, Hui Pentagon Disebut Bakal Jadi Komposer Hebat K-Pop)
Ia melakukan terobosan untuk memulai penelitian terkait vaksin malaria pada tahun 1960-an dibantu oleh suaminya.
Ruth memang sejak awal berkeinginan untuk fokus pada malaria.
Dalam penelitiannya tahun 1967, ia menemukan bahwa nyamuk yang terinfeksi radiasi melemahkan parasit atau sporozoit.
Ini memicu respons kekebalan ketika ditransmisikan ke manusia dan ini memungkinkan adanya vaksin.
(BACA JUGA: Sang Kakak Tak Izinkan Lucinta Luna Mampir ke Rumah Usai ke Makam Sang Ibunda)
Pekerjaannya kemudian berfokus pada protein pada sporozoit.
Jeffrey Weiser, ketua departemen mikrobiologi di N.Y.U. School of Medicine, mengatakan Ruth Nussenzweig berhasil menemukan target utama untuk vaksin malaria.
Target utamanya adalah protein pada permukaan sporozoit malaria yang disebut circumsporozoite atau CSP.
Ketekunan dan dedikasi mereka berhasil menjadikan vaksin ini berlisensi pertama melawan malaria pada tahun 2015.
(BACA JUGA: Positif Konsumsi Narkoba, Riza Shahab Tidak Ditahan)
Vaksin ini telah disahkan oleh WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia dan akan diberikan kepada anak-anak di Ghana, Kenya dan Malawi.
Ruth dan Victor Nussenzweig juga memiliki anak-anak yang luar biasa.
Terbukti, anak pertama mereka Michel, adalah seorang profesor kedokteran, kedua Andre, seorang peneliti kanker dan terakhir anak perempuan, Sonia Nussenzweig Hotimsky, yang adalah seorang profesor antropologi.
Ia menghembuskan napas terakhir pada usia 89 tahun.
Ia meninggal 1 april 2018 di Manhattan akibat terkena emboli paru yaitu kondisi salah satu atau lebih arteri di paru-paru menjadi terhalang oleh gumpalan darah. (*)
Viral Polisi Tembak Polisi, AKP Dadang Iskandar Nekat Tembak Juniornya hingga Tewas, Ternyata Sempat Beri Ancaman Ini ke Polisi Lain
Penulis | : | Yuliana Sere |
Editor | : | Yuliana Sere |